Jakarta, Mevin.ID — Di siang hari, aspal Pulau Jawa seperti menyimpan bara. Suhu udara terasa menyengat hingga menusuk kulit. Namun menjelang malam, langit yang sama tiba-tiba mengirim hujan deras.
Fenomena cuaca dua wajah ini tengah terjadi di banyak wilayah Jawa dan diprediksi akan berlanjut dalam beberapa hari ke depan.
Koordinator Pusat Layanan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dr. Supari, menjelaskan bahwa hujan di tengah panas ekstrem bukan keanehan, melainkan akibat proses konveksi lokal.
Suhu siang yang tinggi mendorong penguapan kuat, lalu uap air naik membentuk awan konvektif, dan turun lagi sebagai hujan pada sore hingga malam hari.
“Meskipun siang terasa sangat panas, hujan tetap berpotensi turun malam harinya. Ini tipikal konveksi lokal,” ujar Supari, Jumat (17/10/2025).
BMKG mencatat wilayah yang berpotensi mengalami hujan dalam sepekan ke depan meliputi Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur (hujan sedang), serta Jawa Tengah (hujan lebat).
Suhu Ekstrem, Langit Terbuka
Panas ekstrem tahun ini dipicu oleh posisi semu Matahari yang tegak lurus di atas Pulau Jawa. Selain itu, fenomena Madden–Julian Oscillation (MJO) yang sedang aktif di Samudra Hindia ikut memperlebar peluang teriknya matahari menyengat siang hari.
“Langit kita relatif cerah siang hari sehingga panas lebih terasa. Tapi itu juga memicu penguapan besar, jadi awan terbentuk cepat,” jelas Supari.
Rob dan Genangan di Pesisir
Bagi wilayah pesisir seperti Semarang, fenomena ini menimbulkan risiko ganda. Hujan lokal malam hari berpotensi memperparah banjir rob, terutama ketika pasang laut tinggi terjadi bersamaan.
“Jika hujan dan pasang terjadi dalam satu waktu, genangan akan meluas. Pemerintah daerah perlu mewaspadai ini,” tambahnya.
Imbauan BMKG
BMKG meminta masyarakat waspada terhadap perubahan cuaca harian dan menjaga kondisi tubuh di tengah suhu panas ekstrem.
- Hindari aktivitas luar ruangan pada pukul 10.00–15.00 WIB.
- Minum cukup air untuk mencegah dehidrasi.
- Gunakan pakaian ringan dan pelindung kepala saat di luar ruangan.
Pemerintah daerah juga diminta memperkuat sistem peringatan dini cuaca ekstrem serta memantau kondisi pesisir.
Langit yang Menguji Ketahanan
Fenomena ini seolah menunjukkan bahwa perubahan iklim kini bukan sekadar wacana global. Ia hadir dalam bentuk panas yang menyengat dan hujan dadakan di kampung-kampung dan kota-kota di Pulau Jawa.
Langit kita tak sedang keliru — ia hanya mengingatkan, bahwa ritme alam berubah lebih cepat dari cara kita beradaptasi.***





















