60 Persen Anak Indonesia Tak Mampu Beli Susu, Program Makan Gratis Jadi Harapan Baru

- Redaksi

Senin, 16 Juni 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kepala BGN Dadan Hindayana (paling kanan) dalam konferensi pers bersama BP Taskin tentang pembangunan 1.000 SPPG untuk wilayah 3T di Jakarta, Senin (16/6/2025). ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari

Kepala BGN Dadan Hindayana (paling kanan) dalam konferensi pers bersama BP Taskin tentang pembangunan 1.000 SPPG untuk wilayah 3T di Jakarta, Senin (16/6/2025). ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari

Jakarta, Mevin.ID – Kenyataan pahit tentang kondisi gizi anak Indonesia diungkap langsung oleh Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana.

Dalam konferensi pers bersama Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin), Dadan menyebutkan bahwa 60 persen anak Indonesia tidak mampu membeli susu, bahkan belum memiliki akses ke makanan bergizi seimbang.

“Ini adalah satu kenyataan. Bukan karena tidak mau minum susu, tapi karena orang tuanya tidak mampu membelinya,” ujar Dadan di Jakarta, Senin (16/6).

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Masalah ini menjadi sorotan serius pemerintah. Salah satu solusi yang kini terus diperluas adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang dirancang tak hanya menyediakan makanan seimbang, tapi juga melengkapi menu dengan susu.

“Presiden menyampaikan bahwa makan bergizi adalah strategi utama. Sejak diluncurkan 6 Januari 2025, MBG kini sudah berjalan di 1.785 Satuan Pendidikan Penyelenggara Gizi (SPPG) di 38 provinsi,” jelas Dadan.

Selama ini, banyak anak Indonesia tumbuh dalam keluarga dengan latar belakang pendidikan rendah dan tergolong masyarakat miskin. Tidak heran, menu sehari-hari mereka sangat bergantung pada karbohidrat. “Makan nasi dengan bala-bala (bakwan), mi, atau kerupuk, itu lumrah. Tapi hampir tanpa protein dan serat,” tambahnya.

Melalui program MBG, anak-anak kini mendapat menu yang dirancang lebih seimbang: 30 persen protein, 40 persen karbohidrat, dan 30 persen serat, serta segelas susu sebagai pelengkap gizi.

“Khusus di daerah yang punya peternakan sapi perah, kami optimalkan susu lokal,” ungkap Dadan.

Dukungan terhadap kebijakan ini juga datang dari kalangan akademisi. Epi Taufik, pakar susu dari IPB dan tim ahli BGN, menegaskan pentingnya pemberian susu dalam program makan anak di sekolah.

“Di 163 negara, program makan di sekolah selalu menyertakan susu. Jepang, Malaysia, China sudah melakukannya. Gizi seimbang tidak lengkap tanpa susu,” jelas Epi.

Ia menambahkan bahwa pendekatan ini selaras dengan prinsip B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman) yang kini mulai diarusutamakan dalam kebijakan gizi nasional.

Dengan MBG dan segelas susu di tangan, masa depan gizi anak Indonesia mulai bergerak ke arah yang lebih sehat dan adil—menuju generasi yang kuat, cerdas, dan tidak lapar lagi hanya karena mereka lahir dari keluarga kurang mampu.***

Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

KP2MI Pastikan Perlindungan Pekerja Migran RI dalam Kerja Sama dengan Qatar
Misteri Mayat Tanpa Kepala di Kali Ciliwung: Tubuh Membusuk, Dikelilingi Biawak, dan Sulit Diidentifikasi
Misteri Kematian Diplomat Muda Arya Daru Pangayunan: Bunuh Diri, Pembunuhan, atau Tekanan Psikologis?
Bandara Husein Sastranegara Kembali Layani Penerbangan Komersial
Fenomena Bediding Mulai Terasa, BMKG Prediksi Berlangsung hingga Awal September
Kemendikdasmen Akui Tak Punya Anggaran Jalankan Putusan MK Soal Sekolah Swasta Gratis
Gubernur Jabar Hentikan Proyek Lapangan Golf di Kaki Gunung Salak
Polisi: Diplomat Muda ADP Miliki Riwayat GERD dan Kolesterol, Penyelidikan Masih Berlanjut

Berita Terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 19:45 WIB

KP2MI Pastikan Perlindungan Pekerja Migran RI dalam Kerja Sama dengan Qatar

Kamis, 10 Juli 2025 - 19:41 WIB

Misteri Mayat Tanpa Kepala di Kali Ciliwung: Tubuh Membusuk, Dikelilingi Biawak, dan Sulit Diidentifikasi

Kamis, 10 Juli 2025 - 19:26 WIB

Misteri Kematian Diplomat Muda Arya Daru Pangayunan: Bunuh Diri, Pembunuhan, atau Tekanan Psikologis?

Kamis, 10 Juli 2025 - 18:44 WIB

Bandara Husein Sastranegara Kembali Layani Penerbangan Komersial

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:36 WIB

Kemendikdasmen Akui Tak Punya Anggaran Jalankan Putusan MK Soal Sekolah Swasta Gratis

Berita Terbaru