Bandung, Mevin.ID — Kota Bandung kembali mengukuhkan diri sebagai pusat semangat solidaritas Asia Afrika. Jelang peringatan 70 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) yang akan diperingati tahun ini, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menerima kunjungan delegasi Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Kamis (17/4/2025), di tengah antusiasme persiapan rangkaian acara besar yang akan digelar selama lima bulan ke depan.
“Meski tak ada peringatan resmi dari negara, Bandung tetap membuka diri bagi siapa saja yang ingin merayakan dan merefleksikan makna sejarah ini,” ujar Farhan.
Pertemuan tersebut bukan sekadar seremonial. Bagi sebagian tamu internasional, kunjungan ke Bandung menjadi pengalaman yang menyentuh secara emosional. Pendiri FPCI, Dino Patti Djalal, bahkan mengaku nyaris menitikkan air mata saat mendengarkan kisah-kisah dari masa Konferensi 1955 yang menyatukan negara-negara baru merdeka di tengah bayang-bayang kolonialisme.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Saya hampir menangis. Delegasi dari Swedia, Turki, hingga Mesir merasa emosional. Mereka menyadari bahwa di sinilah—di kota ini—Indonesia pernah menjadi pelopor perubahan dunia,” katanya.
Bandung memang tak pernah melupakan sejarahnya. Wali Kota Farhan menyebut bahwa semangat KAA masih hidup di tengah warga, salah satunya melalui keberadaan Palestine Walk yang diresmikan pada 2018 sebagai simbol solidaritas terhadap perjuangan rakyat Palestina yang belum merdeka.
“Ini utang sejarah yang belum selesai,” kata Farhan. “Dan Semangat Bandung adalah pengingatnya.”
Rangkaian kegiatan bertajuk “Bandung Ibu Kota Asia Afrika” akan berlangsung mulai 19 April hingga 25 September 2025. Mulai dari pertunjukan seni, konser musik, Festival Asia Afrika, lomba renang, Run for Humanity, hingga ratusan kegiatan komunitas akan meramaikan kota.
Tak hanya menghidupkan warisan diplomatik, kegiatan ini juga menjadi ruang pertemuan budaya dan ekspresi solidaritas lintas bangsa di tengah dunia yang tengah dilanda banyak krisis global.
“Semangat Bandung sangat relevan sekarang. Dunia sedang kacau, dan kita butuh panduan moral seperti yang lahir dari konferensi ini,” ujar Dino.
Sementara itu, mantan Menteri Luar Negeri Mesir, Nabil Fahmy, yang turut hadir, menyebut Bandung sebagai tempat yang “penuh makna”.
“Semangat Bandung menekankan tanggung jawab kita bersama untuk membangun masa depan yang lebih adil dan damai,” ujarnya.
Dengan segala rangkaian acara yang disiapkan, Bandung bukan hanya mengenang sejarah, tetapi menghidupkannya kembali—sebagai napas solidaritas yang tak lekang oleh waktu.***
Penulis : Adi Prakoso