Bandung, Mevin.ID – Media sosial kembali memanas. Kali ini, giliran lagu legendaris “Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada” yang jadi sasaran tudingan plagiat. Lagu kolaborasi antara Dewa 19 dan Chrisye itu dituduh menjiplak karya musisi asal Swedia, Stephen Simmonds.
Namun, alih-alih diam, Ahmad Dhani justru balik menyindir lewat unggahan pedas di Instagram. Dalam postingannya, pentolan Dewa 19 itu mengunggah cover album Senyawa—kompilasi lagu Chrisye bersama sejumlah musisi Tanah Air—sebagai bentuk klarifikasi tak langsung.
“Kurang minat baca adalah ciri IQ 78,” tulis Dhani tajam dalam caption yang dikutip Rabu (30/4). Ungkapan itu diyakini menyasar warganet yang menuduhnya plagiat tanpa memahami konteks kepemilikan hak cipta lagu tersebut.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Lihat postingan ini di Instagram
Nama Stephen Simmonds Tercantum Jelas
Yang banyak luput dari perhatian publik: di bawah judul lagu Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada, memang tertera nama Stephen Simmonds sebagai salah satu pencipta lagu, berdampingan dengan Ahmad Dhani. Itu berarti, hak cipta atas lagu aslinya telah dibeli secara legal.
“Kami beli rights lagunya untuk mengganti lirik,” ujar Dhani dalam pernyataan lamanya, yang kini kembali ramai dibicarakan.
Api Tuduhan Dipantik Eks Drummer Netral?
Isu plagiat ini mencuat usai potongan video pernyataan Bimo, mantan drummer band Netral, beredar luas. Dalam video itu, Bimo menyoroti musisi Indonesia yang menurutnya tak layak disebut legenda karena sering menjiplak karya asing.
Meski tak menyebut nama Dhani secara langsung, netizen dengan cepat mengaitkannya dengan Dewa 19. Terlebih, video tersebut menampilkan sejumlah lagu ciptaan Dhani yang disandingkan dengan lagu luar negeri yang memiliki kemiripan melodi.
Namun untuk lagu Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada, fakta hukum jelas: lagu itu bukan jiplakan, melainkan hasil adaptasi resmi dari lagu Stephen Simmonds yang berjudul Tears Never Dry.
Ini bukan kali pertama Ahmad Dhani menghadapi tuduhan menjiplak. Namun Dhani—yang dikenal blak-blakan dan nyentrik—selalu punya cara sendiri dalam merespons, seperti komentar pedas soal IQ rendah ini. Sebuah gaya khas yang membuatnya dicintai sekaligus dibenci.***