Jakarta, Mevin.ID — Suasana Sabtu siang (2/8) di kawasan elite Menteng, Jakarta Pusat, mendadak riuh. Bukan karena parade kemerdekaan, melainkan oleh ratusan massa dari Free Palestine Network (FPN) yang datang membawa panci, poster, dan pekikan nurani.
Tujuannya satu: mendesak Pemerintah Mesir segera membuka penuh Gerbang Rafah, satu-satunya jalur masuk bantuan ke Gaza yang masih tertutup rapat.
“Kami serukan: buka Gerbang Rafah seluruhnya sekarang juga!” teriak Sekretaris Jenderal FPN, Furqan AMC, lewat pengeras suara.
Mesir Dinilai “Menutup Nurani”
Dalam orasinya, Furqan menyebut penutupan Rafah sebagai tindakan pengecut yang tunduk pada tekanan Zionis-Israel dan Amerika Serikat.
“Di tengah kelaparan, luka, dan kematian yang melanda Gaza, Mesir memilih menutup gerbangnya—dan dengan itu, menutup pula nurani dan kehormatannya sebagai bangsa besar,” tegasnya.
Massa aksi membentangkan dua spanduk raksasa bertuliskan:
- “Egypt, Open The Rafah Gate Now!!”
- “Stop Genocide in Palestine!!!”
Sementara poster-poster kecil lainnya menyuarakan perlawanan terhadap zionisme dan imperialisme:
- “Zionisme = Nazisme”
- “End Imperialism”
- “Lawan Genosida!”
Gaza: Mati Tidak Hanya oleh Bom, Tapi oleh Lapar
Furqan menyampaikan bahwa rakyat Gaza saat ini tidak hanya menjadi korban bom dan peluru, tetapi juga kelaparan massal akibat blokade yang ketat.
“Tak masuk akal jika ada yang mengaku saudara, tapi diam saat tetangganya sekarat. Mesir adalah tetangga utama Gaza. Diamnya hari ini adalah luka bagi kita semua,” ucapnya penuh emosi.
Aksi Serentak di 15 Kota
FPN menyebut aksi ini digelar serentak di 15 kota besar di Indonesia, serta melibatkan jaringan FPN yang tersebar di 67 kabupaten/kota dan sejumlah negara lain. Gerakan ini mengusung semangat “persatuan perjuangan” dan taktik yang disebut “terorganisir, terpimpin, dan berlipat ganda.”
Apresiasi untuk Indonesia, Desakan untuk Lanjut ke Tindakan Nyata
Di lokasi aksi, Ketua Dewan Pakar FPN, Dr. Dina Yulianti, turut hadir dan menyuarakan tuntutan lebih jauh terhadap pemerintah Indonesia.
“Kami apresiasi dukungan pemerintah Indonesia selama ini. Tapi kini saatnya melangkah lebih strategis—bukan hanya simbolik. Boikot entitas Zionis. Desak forum multilateral. Dorong tindakan nyata,” ujarnya lantang.
Dina juga menyerukan kepada seluruh umat Islam dan warga dunia untuk tidak tinggal diam terhadap genosida di Palestina.
“Kami tidak akan diam. Selama Palestina dijajah, selama Gaza diblokade, dan selama dunia pura-pura buta dan tuli, kami akan terus bersuara. Dengan aksi. Dengan nurani,” pungkasnya.
Panci dan Poster: Simbol Perlawanan yang Sederhana tapi Nyaring
Dalam aksi tersebut, alat masak seperti panci, penggorengan, dan sendok kayu dibawa sebagai simbol kelaparan akut di Gaza. Sementara suara dentingan dari alat-alat tersebut menjadi musik protes yang menggetarkan suasana.
“Kami bawa panci karena di Gaza, suara paling keras hari ini adalah suara perut yang kosong,” ujar salah satu peserta aksi.***
Penulis : Pratigto
Editor : Bar Bernad





















