Jakarta, Mevin.ID — Dunia tengah menghadapi ketidakpastian ekonomi yang jauh lebih parah dibandingkan masa pandemi COVID-19. Hal ini disampaikan oleh Lead Economist World Bank untuk Indonesia dan Timor Leste, Habib Rab, dalam peluncuran laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juni 2025 di Jakarta, Senin (23/6/2025).
Menurut Habib, rangkaian konflik global—mulai dari perang tarif dagang hingga konflik bersenjata di Timur Tengah—telah menciptakan guncangan yang membuat arah ekonomi global sulit diprediksi.
“Jika dibandingkan dengan guncangan besar seperti pandemi COVID-19, tingkat ketidakpastian saat ini jauh lebih tinggi. Ketidakpastian berbeda dengan risiko—ia tidak bisa diukur,” ujar Habib.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dampak Ketidakpastian: Ekonomi Tak Punya Arah
Habib menganalogikan situasi saat ini seperti prakiraan cuaca yang kehilangan kemampuan membaca kondisi atmosfer. Saat pandemi, ancaman yang datang seperti badai besar yang terlihat jelas—masyarakat dan pemerintah tahu harus bersiap dengan ‘payung’ kebijakan.
Namun kini, cuaca ekonomi global ibarat angin kencang yang datang dari segala arah tanpa pola yang bisa ditebak. Ketidakpastian ini membuat investor, pelaku usaha, dan konsumen kesulitan mengambil keputusan.
Pertumbuhan Ekonomi Global Direvisi Turun
Sebagai dampak dari ketidakpastian tersebut, Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Pertumbuhan yang semula diperkirakan mencapai 2,7% pada 2025, kini direvisi menjadi 2,3% untuk 2025 dan 2,4% pada 2026—semakin jauh dari rerata historis di angka 3%.
“Kita seperti tidak memiliki informasi apapun. Ketidakpastian ini membuat pengambilan kebijakan, investasi, dan konsumsi menjadi sangat sulit,” tambah Habib.
Pasar Keuangan Paling Rentan
Habib juga menyoroti dampak signifikan terhadap sektor pasar keuangan. Menurutnya, sentimen pasar kini mengambil alih peran data dan fundamental ekonomi, karena ketidakpastian membuat arah kebijakan sulit diprediksi.
“Ketika kejelasan menghilang, sentimen mengambil alih. Hal ini paling terlihat jelas di pasar keuangan,” jelasnya.
Bank Dunia mendorong negara-negara, termasuk Indonesia, untuk memperkuat fondasi domestik, menjaga stabilitas fiskal, dan memperkuat sistem perlindungan sosial guna menghadapi guncangan global yang semakin tidak terduga.***