Bandung, Mevin.ID — Suasana Trans Convention Centre, Sabtu siang (18/10/2025), tak hanya dipenuhi toga dan senyum bahagia para wisudawan. Ada momen yang cukup menggetarkan hati ketika Prabowo Subianto berdiri di podium, mengucapkan kalimat yang terdengar ringan—namun menyimpan bobot hidup panjang di baliknya:
“Kalau mau belajar menghadapi kegagalan, belajarlah dari Pak Prabowo Subianto.”
Ucapan itu sontak disambut tawa dan tepuk tangan ratusan wisudawan Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI), kampus yang berada di bawah yayasan miliknya.
Sebanyak 521 sarjana baru diwisuda hari itu. Namun, alih-alih hanya memberi selamat, Prabowo memilih berbicara tentang sesuatu yang sering dilupakan dalam ruang-ruang selebrasi akademik: kegagalan.
Belajar dari Jatuh dan Bangkit
Dengan nada santai, Prabowo mengingatkan bahwa kehidupan setelah wisuda tidak seindah ucapan selamat di atas panggung.
Ia menceritakan bagaimana dirinya berulang kali kalah dalam kontestasi pemilihan presiden — empat kali gagal sebelum akhirnya terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia.
“Pak Prabowo itu berkali-kali gagal, berkali-kali jatuh. Tapi Prabowo Subianto selalu berdiri kembali. Jatuh, bangkit, jatuh, berdiri lagi. Itu baru pejuang,” katanya disambut riuh.
Bagi Prabowo, kegagalan bukan akhir, melainkan cara hidup menempa manusia. Pesan ini ia tujukan langsung kepada para sarjana muda yang sebentar lagi harus berhadapan dengan realitas dunia kerja dan kehidupan sosial yang tak mudah.
“Ingat Ibu Kalian”
Momen haru muncul ketika Prabowo menyinggung sosok ibu. Ia mengajak hadirin mengenang jasa mereka yang telah membersamai anak-anaknya hingga titik ini. Ia bahkan mengajak seluruh hadirin menyanyikan lagu “Kasih Ibu” bersama paduan suara UKRI.
“Hanya memberi tak harap kembali. Itu salah satu lagu favorit saya,” ujarnya sembari tersenyum.
Di ruangan besar itu, suasana mendadak menjadi lebih hangat dan personal. Beberapa wisudawan terlihat menahan haru.
Pengalaman Sebagai Guru
Prabowo lalu kembali ke topik utama: hikmah kegagalan. Ia menegaskan bahwa pengalamannya bukan untuk dikultuskan, melainkan dijadikan pelajaran hidup.
“Saya ikut pemilu lima kali. Empat kali kalah. Baru yang terakhir diberi kemenangan oleh Yang Maha Kuasa. Tapi mungkin itulah kehendaknya. Saya ditempa, saya dicoba, saya diberi kesabaran, dan diberi pengetahuan,” ujarnya.
Refleksi di Balik Podium
Di tengah segala pro dan kontra yang kerap menyelimuti dirinya, momen wisuda ini menghadirkan sisi lain Prabowo: bukan sebagai tokoh politik, melainkan sebagai seseorang yang pernah gagal, jatuh, dan belajar bangkit.
Pesannya kepada para wisudawan terasa sederhana, namun kontras dengan budaya “instan” yang kerap menyelimuti generasi muda hari ini. Ia tidak menjanjikan jalan mulus, melainkan mengajarkan seni bertahan.
“Hidup tidak gampang. Hidup penuh perjuangan, penuh tantangan, penuh kesulitan,” tutupnya.***




















