Lima, Mevin.ID – Lima, ibu kota Peru — malam yang biasanya hanya dipenuhi lampu jalanan, kini menyala dengan nyala api dan ribuan suara muda. Bukan hanya poster-poster tuntutan politik yang berkibar, tapi juga bendera tengkorak legendaris dari komik One Piece.
Simbol bajak laut yang identik dengan kebebasan itu kini menjadi panji perlawanan Gen Z Peru terhadap dua musuh sekaligus: pemerintah yang dianggap korup dan geng kriminal yang merajalela.
“Kami Lelah Hidup dalam Ketakutan”
Protes ini pecah setelah kematian Eduardo Ruiz, seorang rapper 32 tahun yang ditembak mati oleh polisi dalam aksi damai pada Rabu (15/10). Dalam beberapa jam, kemarahaan anak muda meluap. Kamis malam, jalanan Lima dipenuhi nyala lilin, bunga, dan seruan:
“Kami lelah dengan kekerasan. Kami lelah dengan korupsi.”
— Ariana Palomino, 30 tahun, pemilik toko kecil.
Koordinator Nasional Hak Asasi Manusia Peru menyebut Ruiz kemungkinan ditembak oleh polisi berpakaian preman. Pemerintah pun tak punya banyak waktu untuk menenangkan publik — lebih dari 113 orang terluka, termasuk polisi dan warga sipil.
Ketika Gangster Menguasai Kota
Kerusuhan ini bukan sekadar akibat satu kematian. Ini adalah akumulasi ketakutan. Dalam dua tahun terakhir, geng-geng kriminal seperti Los Pulpos dan Tren de Aragua dari Venezuela menancapkan kuku mereka di Peru.
Pemerasan melonjak 540% hanya dalam setahun. Tahun ini saja, 47 sopir bus dibunuh karena menolak membayar “uang perlindungan”. Negara yang gagal melindungi warganya akhirnya memantik satu kesimpulan di benak rakyat muda: “Kalau negara tidak melindungi kami, kami akan melawan sendiri.”
Dan perlawanan itu lahir dengan bendera One Piece sebagai simbol persekutuan melawan ketidakadilan.
Bendera Bajak Laut di Jalanan
Bagi generasi muda Peru, bendera bajak laut Straw Hat Pirates bukan sekadar simbol hiburan. Ia adalah bahasa global pemberontakan Gen Z — seperti di Nepal, Indonesia, dan kini Peru.
Luffy, sang karakter utama, adalah sosok yang menentang tatanan korup di dunia fiksinya. Bendera bajak lautnya diangkat bukan untuk merampok, melainkan untuk mengingatkan dunia bahwa kebebasan bukanlah hak istimewa.
Darurat, tapi Siapa yang Sebenarnya Panik?
Jose Jeri — presiden baru Peru — mengumumkan keadaan darurat di Metropolitan Lima. Namun, sejarah politik Amerika Latin mengajarkan: keadaan darurat seringkali lebih melindungi kekuasaan daripada rakyat.
Kali ini, rakyat tidak menunggu solusi dari atas. Mereka bergerak dari jalanan, dengan lilin di tangan dan simbol bajak laut di udara.
Bukan Sekadar Aksi, Tapi Bahasa Baru Perlawanan
Gerakan ini memperlihatkan transformasi perlawanan politik Gen Z: tak lagi kaku dengan jargon ideologi, melainkan cair, simbolik, dan lintas negara. Dari manga Jepang hingga jalanan Latin, “One Piece” menjadi bahasa universal anti-ketidakadilan.
Yang sedang membara di Peru bukan sekadar kerusuhan. Ia adalah cerita tentang generasi muda yang menolak hidup dalam ketakutan.***





















