Bandung, Mevin.ID – OpenAI kembali menarik perhatian publik dengan pembaruan terbaru pada ChatGPT, yang kini dilengkapi dengan generator gambar canggih berbasis GPT-4o. Meskipun kemampuannya dalam menciptakan ilustrasi bergaya Studio Ghibli mendapat pujian luas, perubahan kebijakan moderasi kontennya justru memicu perdebatan baru.
Dalam langkah yang cukup mengejutkan, OpenAI kini mengizinkan pembuatan gambar tokoh publik seperti Donald Trump dan Elon Musk, serta simbol yang sebelumnya dianggap sensitif, termasuk simbol kebencian dalam konteks tertentu. Kebijakan ini menandai perubahan besar dari pendekatan moderasi yang lebih ketat sebelumnya, yang kerap dikritik karena dinilai terlalu membatasi kebebasan pengguna.
Menurut pimpinan perilaku model OpenAI, Joanne Jang, perubahan ini bertujuan untuk “mengurangi sensor berlebihan” dan memberikan pengguna lebih banyak kendali. “Kami ingin mengadopsi pendekatan yang lebih fleksibel, dengan tetap mengutamakan pencegahan bahaya di dunia nyata,” ujar Jang dalam posting blog resminya dikutip dari techcrunch.
Namun, keputusan OpenAI ini juga menimbulkan pertanyaan etis yang mendalam. Dengan semakin longgarnya kebijakan moderasi, apakah ChatGPT berisiko digunakan untuk menyebarkan misinformasi, propaganda, atau bahkan memperkuat narasi ekstremis?
Perusahaan berupaya menenangkan kekhawatiran tersebut dengan menegaskan bahwa kebijakan baru tetap memiliki batasan. Misalnya, gambar yang secara jelas mendukung agenda ekstremis tetap akan ditolak. Selain itu, OpenAI masih mempertahankan larangan terhadap peniruan gaya seniman yang masih hidup, sebagai bentuk perlindungan hak cipta.
Perubahan kebijakan ini juga mencerminkan tren yang lebih luas di industri teknologi, di mana perusahaan seperti Meta dan Google mulai melonggarkan aturan moderasi mereka. Beberapa pihak melihat ini sebagai upaya untuk menghindari tuduhan “sensor” dari kelompok politik tertentu, terutama di tengah meningkatnya pengawasan terhadap perusahaan teknologi besar.
Meski demikian, masih belum jelas bagaimana kebijakan ini akan berdampak dalam jangka panjang. Apakah langkah OpenAI ini akan menjadi tonggak baru dalam kebebasan berekspresi berbasis AI, atau justru membuka pintu bagi lebih banyak kontroversi? Hanya waktu yang akan menjawab.***
Sumber Berita: Tech Crunch.





















