Beijing, Mevin.ID — China menanggapi dengan tenang gelombang tarif baru dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Di tengah ancaman peningkatan tarif hingga puluhan persen, pemerintah Negeri Tirai Bambu menegaskan bahwa perekonomian mereka sudah cukup tangguh untuk menghadapinya.
Mengutip pernyataan Juru Bicara Administrasi Bea Cukai China, Lyu Daliang, yang disiarkan media pemerintah Xinhua, China telah mengantisipasi ketegangan perdagangan dengan mendiversifikasi mitra dagangnya dan memperkuat pasar domestik.
“Langit tidak akan runtuh untuk ekspor China,” kata Lyu. “Kami mengubah kepastian domestik menjadi tameng dari ketidakpastian global.”
China Fokus ke Dalam Negeri
Dalam laporan bea cukai terbaru, China menggarisbawahi kekuatan pasar dalam negeri mereka yang luas sebagai benteng utama menghadapi tekanan eksternal. Pemerintah juga mulai mendorong peningkatan konsumsi swasta sebagai salah satu motor pertumbuhan baru.
Langkah ini dinilai sebagai respons terhadap perang dagang berkepanjangan yang telah membuat gejolak di pasar global sejak Trump meluncurkan kebijakan tarif agresif pada April 2025.
Xi Jinping: “Tak Ada yang Menang dalam Perang Tarif”
Saat berkunjung ke Vietnam, Presiden China Xi Jinping turut melontarkan kritik terhadap kebijakan Trump. Dalam pernyataannya, Xi menegaskan bahwa perang dagang tidak akan menghasilkan pemenang.
“Perang tarif dan proteksionisme hanya akan menghasilkan kebuntuan,” ujar Xi, seperti dikutip media Vietnam.
Sebagai informasi, Vietnam kini menjadi pemasok barang terbesar kedelapan bagi konsumen AS. Namun, negara itu kini terancam menghadapi tarif hingga 46% jika masa tenggang 90 hari yang diberikan Trump berakhir tanpa kesepakatan.
Aksi Balasan China
China tak tinggal diam. Pemerintah telah menerapkan tarif balasan sebesar 125% untuk berbagai produk asal AS, setelah sebelumnya Washington memberlakukan pungutan hingga 145% terhadap produk China.
Saling balas tarif ini membuat ketegangan antara dua kekuatan ekonomi dunia kembali memanas, di tengah kondisi pasar global yang masih belum stabil.
Tarif Gadget AS Bikin Bingung
Sementara itu, dari Washington, kebijakan tarif terhadap perangkat elektronik masih simpang siur. Setelah sempat memberi kelonggaran terhadap produk seperti smartphone, laptop, dan semikonduktor, pemerintahan Trump kembali memberi sinyal bahwa kelonggaran itu mungkin akan dicabut.
Menteri Perdagangan Howard Lutnick mengatakan bahwa perangkat tersebut akan dikenakan tarif sebagai bagian dari kebijakan baru dalam waktu “satu atau dua bulan”.
Trump sendiri mengonfirmasi di media sosial Truth Social bahwa tidak ada yang akan dikecualikan. Ia menyebut smartphone tetap dikenakan tarif 20%, dan bahkan mengisyaratkan potensi kenaikan harga lebih lanjut.
“Tidak ada yang ‘lepas dari tanggung jawab’,” tulis Trump dengan huruf kapital, menegaskan sikap kerasnya terhadap barang impor dari mana pun, termasuk dari sekutu.***





















