Jakarta, Mevin.ID – Spotify kembali menjadi sorotan panas, bukan karena fitur baru, melainkan karena kontroversi sang CEO.
Sejumlah musisi dunia, termasuk band-band ternama seperti King Gizzard & the Lizard Wizard hingga Deerhoof, memutuskan untuk menarik karya mereka dari Spotify. Alasannya? Investasi Daniel Ek, CEO Spotify, ke perusahaan pertahanan berbasis kecerdasan buatan (AI).
Melalui dana investasinya bernama Prima Materia, Daniel Ek dilaporkan menggelontorkan dana ke perusahaan pertahanan Jerman, Helsing, yang fokus pada teknologi drone militer AI. Investasi ini sudah dimulai sejak 2021 dan pada tahun 2025 ini disebut-sebut kembali menyuntikkan dana segar sebesar 600 juta dolar AS, menurut laporan Financial Times.
Langkah Ek ini memicu gelombang penolakan dari komunitas musik yang selama ini menjadi tulang punggung platform tersebut.
“Kami Tidak Ingin Musik Kami Membunuh Orang”
Band rock eksperimental asal Australia, King Gizzard & the Lizard Wizard, menyampaikan sikap mereka secara terang-terangan lewat Instagram:
“Kami baru saja menghapus musik kami dari platform ini. Bisakah kita menekan para teknisi Dr. Evil ini untuk berkarya lebih baik? Bergabunglah dengan kami di platform lain.”
Band ini dikenal produktif, dengan 27 album studio dan lebih dari 50 album live. Mereka bukan satu-satunya yang mengambil sikap.
Band indie-rock Deerhoof juga menyatakan akan menghapus musik mereka dari Spotify. Dalam pernyataan panjang di Instagram, mereka menyebut:
“Kami tidak ingin musik kami membunuh orang. Kami tidak ingin kesuksesan kami dikaitkan dengan teknologi pertempuran AI.”
Meski proses penghapusan belum rampung, niat mereka sudah bulat.
Begitu pula dengan Xiu Xiu, band eksperimental asal Amerika, yang mengonfirmasi sedang dalam proses menarik seluruh musik mereka karena alasan moral yang serupa. Mereka juga menyerukan kepada para pendengar untuk membatalkan langganan Spotify.
Tidak Hanya Musisi, Label Juga Angkat Kaki
Label rekaman independen Kalahari Oyster Cult turut mengambil langkah ekstrem: menarik seluruh katalog dari Spotify per 26 Juni 2025. Dalam pernyataan resmi, mereka mengatakan:
“Kami tidak ingin musik kami berkontribusi atau menguntungkan platform yang dipimpin oleh seseorang yang mendukung alat perang, pengawasan, dan kekerasan. Tetap di Spotify berarti mengkhianati semua yang kami perjuangkan.”
Penyanyi folk Australia Leah Senior juga dikabarkan telah meninggalkan Spotify sejak 1 Juli 2025, demi alasan kemanusiaan.
Spotify dan Krisis Etika
Spotify bukan pertama kali diterpa badai kritik. Sebelumnya, platform ini juga menuai kecaman terkait eksploitasi musik AI, isu artis hantu (ghost artists), hingga ketidaktransparanan pembagian royalti yang dianggap merugikan musisi independen.
Kini, sorotan semakin tajam. Ketika pemilik platform tempat jutaan lagu diputar setiap hari memilih berinvestasi pada teknologi militer, pertanyaan besarnya adalah: Apakah musik masih bisa dipisahkan dari moralitas pemilik platformnya?
Untuk kini, sejumlah musisi sudah memilih jawabannya—dengan hengkang.***





















