Cirebon, Mevin.ID — Desa Jungjang di Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, tengah bersiap menjadi contoh nyata kemitraan ekonomi desa yang berdaya dan mandiri.
Melalui sinergi antara Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) dan Koperasi Merah Putih Jungjang (KDMP), desa ini memantapkan diri untuk menjadi role model dalam pengembangan potensi lokal berbasis semangat guyub, solidaritas, dan kebersamaan.
Radi, Direktur BUMDesa Jungjang, menyampaikan bahwa pihaknya bersama KDMP telah menyusun master plan pengembangan destinasi wisata edukasi integratif yang mencakup sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan kuliner.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Saat ini kami tengah membangun pusat peternakan domba, bank pakan, pasar hewan, dan pusat kuliner nusantara. Selain itu, kami juga memulai budidaya bunga matahari untuk produk pangan, pakan, minyak, hingga wisata swafoto, serta melakukan revitalisasi pasar desa,” jelas Radi.
Pernyataan ini turut dibenarkan oleh Renita, salah satu pengurus KDMP, saat mendampingi kunjungan Bapak Lingga Kawistara—peneliti sekaligus ahli pengembangan bunga matahari dari The Sunflower Foundation.
“Pasar bunga matahari dunia sangat terbuka, baik untuk pangan, pakan, maupun minyak nabati yang ramah lingkungan. Indonesia belum melirik potensi ini secara serius, padahal bisa jadi alternatif minyak sehat sekaligus penyerap karbon dioksida,” ujar Lingga.
“Tanah di Jungjang sudah memenuhi syarat teknis budidaya bunga matahari. Kami optimistis ini bisa menjadi sumber Pendapatan Asli Desa (PADesa),” tambahnya.
Desa Jungjang sendiri merupakan salah satu desa tua dengan populasi sekitar 11.647 jiwa dan keberagaman etnis (Jawa, Sunda, Tionghoa, dan lainnya). Desa ini juga menjadi simbol toleransi, karena memiliki tiga rumah ibadah utama—gereja, vihara/klenteng, dan masjid—yang berdiri berdampingan.
Mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai petani, pedagang, peternak, dan pelaku usaha. Lokasi desa yang strategis di jalur utama Pantura dan dekat dengan Stasiun Arjawinangun menjadi nilai tambah. Bahkan, desa berencana menghadirkan kuliner khas drive-thru, seperti Sate Arjawinangun, yang bisa dinikmati penumpang kereta maupun pemudik yang melintasi Palimanan dan Arjawinangun.
Ali Wardhana Isha, salah satu penggagas kemitraan ini, menyatakan keyakinannya terhadap potensi besar yang dimiliki Jungjang:
“Kemitraan BUMDesa dan KDMP ini kami rancang sebagai model pembangunan ekonomi desa berbasis optimalisasi potensi lokal dan prinsip koperasi. Harapannya, banyak pihak bisa ikut serta dalam mewujudkan Jungjang sebagai proyek percontohan kemandirian desa.”
Saat ini, Desa Jungjang telah menjalin kerja sama dengan berbagai institusi pendidikan seperti ITB, IPB (Tim Dosen Pulang Kampung), Alumni Unpad, Ikopin University, NHI, dan Universitas Jenderal Soedirman. Beberapa NGO juga telah bergabung mendukung, seperti The Ihakkie Foundation, Rochdale Institute, dan Mevin.ID sebagai media kolaboratif.
“Kami yakin, kolaborasi ini bisa menggerakkan Jungjang menjadi episentrum pemberdayaan ekonomi desa berbasis kebersamaan,” tutup Radi.***
Penulis : Ali Wardhana Isha
Editor : Bar Bernad