Jakarta, Mevin.ID – Dentuman rudal dan sirene peringatan mungkin menggema di langit Iran dan Israel, tetapi di balik itu, gema lain juga mulai terdengar: seruan damai dari para pemimpin dunia.
Konflik bersenjata yang kembali memanas antara Iran dan Israel dalam tiga hari terakhir tidak hanya menyita perhatian dunia, tetapi juga mendorong munculnya kekhawatiran global.
Ketegangan yang meningkat ini memicu reaksi keras dari sejumlah tokoh penting di panggung internasional—yang meskipun berbeda posisi politik, kali ini sepakat pada satu hal: perang harus dihentikan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketika Kekuasaan Bicara: Dari Trump, Putin hingga Erdogan
Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang biasanya dikenal dengan pernyataan tajamnya, justru mengambil nada hati-hati. Dalam sebuah konferensi pers, Trump menegaskan bahwa AS tidak terlibat langsung dalam serangan Israel ke fasilitas nuklir Iran.
“Saya tahu rencananya,” katanya, “tapi Amerika tidak ikut campur.” Namun ia tak lupa menambahkan peringatan: jangan ganggu Amerika, jika tidak, balasan akan datang dari kekuatan militer penuh.
Pernyataan Trump ini dikonfirmasi oleh sebuah komunikasi via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dua tokoh besar dari dua kutub dunia yang selama ini kerap berseberangan, ternyata memiliki kekhawatiran yang sama: bahwa konflik ini bisa menyeret dunia ke jurang krisis baru.
Putin menyatakan pentingnya diplomasi dan penghentian agresi militer demi menjaga stabilitas global.
Dari Ankara, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyuarakan kekhawatiran lebih dalam. Ia bukan hanya memikirkan soal politik, tetapi juga tentang manusia—tentang anak-anak yang bisa kehilangan rumah, tentang keluarga yang terpaksa melarikan diri dari negeri mereka.
“Perang ini akan memicu gelombang pengungsi baru,” ujarnya. Erdogan juga telah berbicara langsung dengan Presiden Iran Mas Bezeskian, dan juga Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, untuk menekankan bahwa kawasan tidak bisa menanggung krisis baru setelah luka-luka lama belum pulih.
Dari Asia Selatan, Suara Senada
Di Asia Selatan, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif tak tinggal diam. Dalam percakapannya dengan Erdogan, ia menyatakan dukungan penuh terhadap diplomasi.
Ia menyebut serangan Israel melanggar hukum internasional dan menjadi ancaman nyata terhadap perdamaian kawasan.
Di tengah dunia yang makin panas oleh senjata dan saling curiga, suara-suara ini mungkin terdengar seperti bisikan. Namun kadang, bisikan bisa lebih kuat dari letupan rudal—terutama jika datang dari mereka yang memiliki kekuasaan untuk menghentikannya.
Pertanyaannya sekarang: apakah suara para pemimpin dunia ini cukup kuat untuk menghentikan desing rudal di Timur Tengah? Atau, akankah seruan damai ini hanya jadi catatan kaki di tengah lembaran sejarah berdarah kawasan tersebut?
Satu hal yang pasti—dunia sedang memperhatikan. Dan rakyat di kedua sisi, seperti biasa, adalah yang paling berharap… bahwa dentuman itu segera berganti menjadi diam.***