Makassar, Mevin.ID – Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia sekaligus Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), H. Abdul Kadir Karding, mendorong hadirnya ekosistem pelatihan yang terpadu dan terintegrasi untuk memudahkan proses keberangkatan calon pekerja migran ke luar negeri.
Hal itu disampaikan Abdul Kadir saat kunjungan kerjanya ke Balai Besar Pendidikan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Makassar, Rabu (9/4). Kunjungannya bertujuan meninjau kesiapan infrastruktur pelatihan sekaligus mendorong peningkatan kualitas sistem pelatihan bagi calon pekerja migran.
Pelatihan Harus Satu Pintu: Skill, Bahasa, Sertifikasi, hingga BPJS
Menurut Abdul Kadir, pelatihan yang ideal bukan hanya soal keterampilan, tapi juga harus terintegrasi dengan sertifikasi kompetensi, pelatihan bahasa, pemeriksaan kesehatan (MCU), bahkan fasilitas BPJS di satu lokasi.
“Dengan ekosistem yang terpadu seperti ini, calon pekerja migran tidak perlu mondar-mandir lagi. Semua kebutuhan keberangkatan bisa diurus dalam satu tempat,” jelasnya.
BBPVP Makassar Dinilai Siap, Dapat Dukungan Austria
Menteri P2MI pun mengapresiasi kesiapan BBPVP Makassar. Fasilitas pelatihan yang tersedia dinilai sudah sangat baik dan bahkan mendapat dukungan berupa gedung dan perangkat pelatihan dari Pemerintah Austria.
Kepala BBPVP Makassar, La Ode H. Polondu, membenarkan hal itu. Ia menjelaskan bahwa saat ini BBPVP Makassar memiliki 13 program pelatihan yang disesuaikan dengan permintaan pasar kerja, baik dalam negeri maupun luar negeri.
“Kami melakukan analisis kebutuhan tenaga kerja, seperti di Morowali, Sulteng, jika industri di sana butuh operator alat berat atau tukang las, maka itu yang kita latih,” ujar La Ode.
BBPVP Makassar sendiri membawahi empat provinsi di Sulawesi, yakni Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Gorontalo.
Fokus: Siapkan SDM yang Langsung Terserap Kerja
Kebijakan pelatihan berbasis kebutuhan ini sejalan dengan arahan Menteri P2MI untuk menekan angka pengangguran dan memastikan lulusan pelatihan langsung terserap oleh pasar kerja, termasuk di luar negeri.
“Jangan sampai sudah ikut pelatihan, malah nganggur,” tutup La Ode.***





















