BELAKANGAN ini, istilah ‘Mantab’ atau makan tabungan menjadi populer sebagai gambaran kehidupan masyarakat yang kerap mengandalkan tabungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Fenomena ini menjadi cerminan dari tantangan ekonomi yang semakin kompleks, namun juga menyimpan cerita tentang perilaku finansial yang menarik untuk diulas.
Di tengah peningkatan biaya hidup yang terus merangkak naik, banyak orang merasa penghasilannya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar maupun gaya hidup.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Tabungan, yang seharusnya menjadi “jaring pengaman” finansial untuk masa depan, akhirnya menjadi solusi cepat untuk menutup kebutuhan mendesak. Hal ini bukan tanpa risiko, karena kehilangan tabungan berarti kehilangan perlindungan terhadap kejadian tak terduga di kemudian hari.
Namun, fenomena ini tak semata soal kebutuhan mendesak. Di balik itu, ada gaya hidup konsumtif yang sering kali menjadi alasan utama.
Dengan kemudahan akses ke teknologi dan media sosial, dorongan untuk mengikuti tren atau memenuhi standar gaya hidup tertentu menjadi semakin besar. Akibatnya, banyak yang rela “mengorbankan” tabungan demi memenuhi keinginan, bukan kebutuhan.
Data Ekonomi yang Memperkuat Fenomena ‘Mantab’
Pada tahun 2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan stagnan di angka 5,2%, yang mencerminkan tantangan daya beli masyarakat yang melemah.
Selain itu, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencatat defisit sebesar Rp 31,2 triliun hingga Februari 2025, akibat penerimaan negara yang belum optimal sementara belanja negara tetap tinggi.
Kondisi ini semakin diperburuk oleh gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di awal tahun 2025, yang melibatkan sekitar 60.000 buruh dari 50 perusahaan di berbagai sektor. Gelombang PHK ini tidak hanya berdampak pada kehilangan pekerjaan, tetapi juga mengancam hak-hak pekerja seperti pesangon dan tunjangan hari raya (THR).
Lantas, bagaimana sebaiknya kita menyikapi fenomena ini? Penting untuk memperkuat literasi finansial, baik di tingkat individu maupun masyarakat. Mengatur keuangan dengan bijak, memprioritaskan kebutuhan daripada keinginan, serta menjaga disiplin menabung adalah langkah awal yang penting.
Selain itu, pemerintah dan lembaga keuangan juga perlu memainkan peran dalam menciptakan kebijakan yang mendukung kestabilan ekonomi, seperti memberikan edukasi keuangan dan memperluas akses kepada program tabungan yang aman dan menguntungkan.
Fenomena ‘Mantab’ ini mengingatkan kita bahwa pengelolaan keuangan adalah salah satu kunci untuk menghadapi tantangan ekonomi. Bagaimana dengan anda ? Mantab kan ? Atau Tabnya Sudah kosong ?***
Penulis : Bernade