Cirebon, Mevin.ID — Suara dentuman keras dan penampakan bola api di langit Cirebon pada Minggu (5/10/2025) malam sempat membuat warga panik. Banyak yang mengira bola api tersebut adalah meteor besar yang jatuh di sekitar Tol Ciperna, Cirebon.
Tak lama berselang, sebuah kebakaran terjadi di dekat ruas tol tersebut, memicu kepanikan dan spekulasi liar di media sosial.
Video kobaran api cepat menyebar di berbagai platform, disertai narasi bahwa kebakaran itu disebabkan oleh meteor. Namun, para peneliti memastikan dua peristiwa tersebut tidak saling berkaitan.
@daily__trackHeboh Benda Diduga Meteor Jatuh Picu Kebakaran di Dekat Tol Ciperna Cirebon 05102015 #meteorcirebon #cirebon #fyp #viral #heboh
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa menegaskan bahwa lokasi jatuhnya meteor tidak berada di darat, melainkan di Laut Jawa. “Dilihat dari sifat-sifat ketampakannya dan kesaksian warga, itu murni meteor di langit. Tidak ada hubungannya dengan kebakaran di tol,” ujarnya, Senin (6/10/2025).
Menurut Thomas, lintasan meteor dapat dilacak melalui kesaksian warga dari berbagai wilayah. Ciri-ciri penampakannya pun khas: cahaya terang melintas di langit dan diikuti suara dentuman akibat gelombang kejut saat meteor menembus atmosfer.
“Ketika memasuki atmosfer yang lebih rendah, menimbulkan gelombang kejut berupa suara dentuman. Data BMKG mencatat peristiwa itu pada pukul 18.39.12 WIB,” jelasnya.
Sebelumnya, dentuman keras sempat terdengar di sejumlah titik wilayah Cirebon dan Kuningan, membuat warga keluar rumah dan mendongak ke langit. Meteor tersebut berukuran cukup besar dan melintas dari arah barat sebelum jatuh di Laut Jawa.
Kepolisian dan pihak tol juga memastikan kebakaran yang terjadi di Tol Ciperna bukan akibat meteor, melainkan peristiwa terpisah. Meski demikian, viralnya video dan narasi liar sempat memperkuat kesan seolah-olah meteor jatuh ke darat.
Fenomena ini menjadi pengingat betapa cepatnya informasi bercampur dengan spekulasi di ruang digital. Para peneliti mengimbau masyarakat agar mengacu pada sumber resmi, seperti BRIN dan BMKG, sebelum mempercayai atau menyebarkan kabar serupa. ***





















