Tel Aviv, Mevin.ID – Lebih dari 250 mantan pejabat badan intelijen Israel, Mossad, menerbitkan petisi mengejutkan pada Minggu malam (13/4), menyerukan dihentikannya perang di Gaza dan percepatan pembebasan para sandera. Petisi ini menandai tekanan yang semakin besar dari dalam tubuh lembaga keamanan Israel sendiri.
Dilansir Yedioth Ahronoth, inisiatif ini dipimpin oleh mantan agen Mossad, Gail Shorsh, dan mendapat dukungan kuat dari tiga mantan kepala Mossad: Danny Yatom, Ephraim Halevy, dan Tamir Pardo. Tak hanya itu, puluhan mantan kepala dan wakil kepala departemen dalam lembaga intelijen elit tersebut juga turut menandatangani.
Petisi ini menjadi yang kedua dalam 24 jam terakhir dari kalangan mantan serta anggota aktif pasukan keamanan Israel yang menyerukan gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Tak berhenti di sana, sejak Kamis lalu, sudah ada sedikitnya enam petisi serupa yang digagas oleh pasukan cadangan, perwira militer pensiunan, dan para veteran dari berbagai cabang militer Israel.
Pada Minggu pagi, sekitar 200 dokter militer cadangan aktif juga ikut bersuara. Mereka menandatangani petisi yang menuntut penghentian operasi militer di Gaza serta mendesak agar pemerintah memprioritaskan keselamatan para sandera.
Gelombang penolakan ini menunjukkan semakin dalamnya kekhawatiran di internal keamanan Israel atas arah dan dampak dari konflik yang terus berlangsung. Tekanan publik dari dalam, yang semula sporadis, kini berubah menjadi sinyal kuat yang sulit diabaikan pemerintah.***





















