Cianjur, Mevin.ID – Setelah sunyi selama hampir tiga pekan, jalur-jalur pendakian Gunung Gede kembali dipenuhi derap langkah sepatu bot dan suara tawa pendaki.
Kabut tipis yang menyelimuti Alun-alun Suryakancana seolah menyambut kehadiran mereka, membawa serta semangat petualangan yang sempat tertunda. Namun, ada satu pesan yang tak boleh diabaikan: “Jangan dekati Kawah Wadon.”
Mulai 22 April 2025, pendakian ke Gunung Gede resmi dibuka kembali setelah sempat ditutup karena meningkatnya aktivitas gempa vulkanik. Meski kini intensitasnya menurun, Kawah Wadon tetap jadi zona bahaya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami mengikuti rekomendasi Badan Geologi. Masyarakat, pengunjung dan wisatawan tidak boleh mendekati atau bermalam dalam radius 600 meter dari Kawah Wadon,” ujar Agus Deni, Humas Balai Besar TNGGP, Rabu (23/4).
Ritual Pembukaan dan Kuota Harian
Dibukanya kembali pendakian disambut antusias. Dalam sehari, kuota pendaki yang masuk melalui tiga pintu utama — Cibodas, Gunung Putri, dan Salabintana — mencapai 600 orang.
Papan-papan informasi baru yang dipasang sepanjang jalur pendakian kini tak hanya memberi arah, tetapi juga memperingatkan risiko vulkanik yang masih mengintai.
Meski status siaga diturunkan, Gunung Gede belum sepenuhnya “tenang”. Menurut data Badan Geologi, masih terdapat aktivitas vulkanik minor, terutama di sekitar Kawah Wadon. Ancaman letusan freatik dan gas beracun tetap ada, meskipun kemungkinannya kecil.
Bukan Sekadar Mendaki
Bagi sebagian pendaki, kembali ke Gede bukan hanya soal mencapai puncak. Ini adalah ritual tahunan, momen kontemplasi, dan pelarian dari rutinitas kota. Tapi tahun ini, perasaan itu dibalut kehati-hatian ekstra.
“Kami datang dengan niat bersih, tapi tetap ikuti aturan. Kawah bukan untuk ditantang,” ujar Raka, 26 tahun, pendaki asal Bandung yang memulai perjalanan dari jalur Cibodas.
Balai Besar TNGGP juga menekankan pentingnya menjaga lingkungan. Larangan membuang sampah sembarangan kembali digaungkan, terutama di area sensitif seperti Suryakancana dan Mandalawangi.
Pendaki Lama, Tantangan Baru
Kepala Balai Besar TNGGP, Adhi Nurul Hadi, sebelumnya menjelaskan bahwa keputusan menutup jalur semata-mata demi keselamatan.
“Gunung bukan hanya indah, ia juga bisa mematikan,” katanya saat memperpanjang penutupan beberapa waktu lalu.
Pendaki yang sudah mendaftar secara daring selama masa penutupan diberi pilihan: mengubah jadwal atau mengajukan pengembalian dana.
Namun, antusiasme tetap tinggi. TNGGP mencatat peningkatan signifikan dalam permintaan pendakian sejak tanggal pembukaan diumumkan.***