Lombok, Mevin.ID – Gunung Rinjani, gunung berapi megah yang menjulang setinggi 3.726 mdpl di Pulau Lombok, kembali menelan korban. Dalam sepekan terakhir, dua pendaki asing tergelincir di jalur pendakiannya yang terjal dan licin.
Terbaru, Nazli Bin Awang Mahat (47), pendaki asal Malaysia, jatuh ke kedalaman 200 meter saat menuruni jalur menuju Danau Segara Anak pada Kamis (26/6/2025). Sebelumnya, pendaki asal Brasil, Juliana Marins, tewas usai terjatuh ke jurang sedalam 600 meter di kawasan yang sama.
Nazli selamat meski mengalami luka di kepala dan kaki terkilir. Ia dievakuasi dramatis oleh tim gabungan TNGR, SAR, TNI, Polri, dan relawan pada Jumat malam (27/6). Sementara jasad Juliana baru ditemukan beberapa hari usai jatuh, setelah pencarian yang sulit akibat medan curam dan kabut tebal.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Rinjani, Sejarah Letusan dan Mitos Dewi Penjaga
Gunung Rinjani bukan hanya indah bagi para pendaki. Dalam catatan sejarah, letusannya pada tahun 1257 (Gunung Samalas, bagian sistem Rinjani) pernah mengguncang dunia, menurunkan suhu global, dan memicu musim dingin panjang di Eropa kala itu. Kota Pamatan, ibu kota Kerajaan Lombok Kuno, bahkan hilang ditimbun abu vulkanik.
Namun, di balik kedahsyatannya, masyarakat Sasak dan Bali percaya, Rinjani adalah gunung suci kediaman Dewi Anjani, ratu makhluk halus penunggu gunung. Danau Segara Anak di kawahnya diyakini sebagai tempat mandi para dewa. Ritual Mulang Pekelem—melarung emas dan sesaji—rutin dilakukan untuk memohon keselamatan dan kesuburan tanah.
Ditingkahi Mitos dan Kepercayaan
Tak sedikit yang mengaitkan kejadian pendaki tergelincir dengan mitos Dewi Anjani. Konon, siapa pun yang melanggar pantangan—berbicara sombong, merusak alam, atau membawa pulang batu dan benda dari Rinjani—akan celaka atau “disesatkan” oleh penunggu gunung.
“Rinjani itu bukan sekadar gunung, tapi istana para makhluk gaib. Makanya kita harus selalu jaga sikap dan niat,” ujar Taufikurrahman, Kepala Resort TNGR, mengutip kepercayaan masyarakat setempat.
Antara Medan Berbahaya dan Spiritualitas
Meski mitos tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari Rinjani, faktor keselamatan tetap utama. Jalur licin akibat hujan dan kabut tebal menjadi tantangan nyata bagi setiap pendaki.
Pihak TNGR mengimbau seluruh pendaki untuk lebih berhati-hati, memastikan fisik prima, membawa peralatan pendakian lengkap, serta selalu menjaga etika dan sopan santun selama berada di gunung suci ini.
Karena bagi masyarakat Lombok, Gunung Rinjani bukan hanya puncak tertinggi, melainkan juga puncak spiritual yang dijaga oleh sang Dewi Anjani dan dihormati oleh seluruh semesta.***