Tanggamus, Mevin.ID – Kadang, alasan kekerasan bisa datang dari hal-hal yang tak masuk akal. Seperti yang dialami Sujei (33), seorang tukang sate di Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Ia harus mengalami luka tusuk di leher dan dada, hanya karena pelanggan tak puas dengan kecap yang terlalu encer dan tusuk sate yang dianggap kotor.
Peristiwa memilukan ini terjadi di warung sate milik Sujei pada Senin (2/6). Pelaku berinisial ES (33) sempat membeli sate dan menyantapnya. Namun setelah makan, ES kembali dengan kemarahan yang tak terkendali.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Pelaku marah karena kecapnya dianggap encer dan tusuk satenya kotor, katanya bikin daging nyangkut di gigi,” ungkap Kapolsek Pugung, Ipda Alfiyan, Selasa (3/6).
Tanpa banyak kata, pelaku mengeluarkan pisau dan langsung menyerang Sujei.
Diserang di Tempat Kerja, Ditolong Warga
Sujei mengalami luka di beberapa bagian tubuh: leher, tangan kiri, dan dada. Untungnya, warga sekitar segera datang dan melerai. Sujei langsung dibawa ke klinik untuk mendapat perawatan intensif.
Polisi menangkap ES keesokan harinya di rumahnya dan kini pelaku mendekam di tahanan Mapolsek Pugung.
Hanya Karena Hal Sepele, Hidup Bisa Berubah
Pelaku dijerat dengan Pasal 351 ayat 2 KUHP tentang penganiayaan, dengan ancaman hukuman hingga lima tahun penjara. Namun pertanyaan yang tersisa adalah: Mengapa kekerasan jadi begitu mudah dipilih sebagai jalan keluar?
Kejadian ini bukan sekadar soal sate, kecap, atau tusuk gigi. Ini tentang bagaimana emosi tak terkendali dan pola pikir impulsif bisa menghancurkan dua kehidupan sekaligus — korban dan pelaku.
Mengelola emosi bukan lagi sekadar nasihat motivator, tapi keterampilan hidup yang nyata. Satu ledakan kemarahan bisa merusak reputasi, kebebasan, bahkan nyawa orang lain.***