IHSG Anjlok, Ekonom LPEM FEB UI Soroti Perlunya Kebijakan Kurangi Ketidakpastian 

- Redaksi

Selasa, 18 Maret 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Arsip foto - Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/YU

Arsip foto - Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/YU

Jakarta, Mevin.ID – Ekonom dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI, Teuku Riefky, menilai pemerintah perlu membuat kebijakan yang dapat mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan kepercayaan investor.

Hal ini disampaikan sebagai respons terhadap penurunan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang memicu Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan trading halt pada perdagangan Selasa (18/3).

“Ini memang perlu diantisipasi oleh pemerintah dengan mengurangi uncertainty (ketidakpastian) kebijakan di dalam negeri dan mendorong kebijakan-kebijakan yang membuat trust investor ini meningkat, seperti kepastian hukum, kepastian kebijakan, dan semacamnya,” kata Riefky saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Trading Halt di BEI

BEI memberlakukan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) pada pukul 11:19:31 WIB melalui sistem Jakarta Automated Trading System (JATS). Langkah ini diambil setelah IHSG mengalami penurunan lebih dari 5%.

Pada penutupan perdagangan sesi I, Selasa, IHSG tercatat melemah 395,87 poin atau 6,12% ke posisi 6.076,08. Sementara itu, indeks LQ45 turun 38,27 poin atau 5,25% ke posisi 691,08.

Faktor Ketidakpercayaan Investor

Riefky menilai bahwa trading halt turut dipicu oleh ketidakpercayaan investor terhadap kondisi Indonesia, terutama terkait kondisi fiskal dan ketidakpastian kebijakan lainnya. Hal ini juga berdampak pada penurunan kepercayaan masyarakat secara umum.

“Jadi, hal-hal seperti ini yang kemudian membuat banyak terjadinya capital outflow dari Indonesia,” ujar Riefky.

Faktor Global yang Memengaruhi

Selain faktor domestik, Riefky juga menyoroti faktor global yang turut mendorong penurunan IHSG, termasuk:

  1. Kebijakan Tarif AS: Kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) terhadap negara mitra dagangnya telah menyebabkan dampak negatif ke berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia.
  2. Hasil Rapat The Fed: Investor global menunggu pengumuman hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed, yang menambah ketidakpastian pasar.

Pernyataan Direktur BEI

Direktur BEI, Iman Rachman, sebelumnya menyatakan bahwa volatilitas IHSG lebih disebabkan oleh berbagai faktor global. Ia menjelaskan bahwa penurunan IHSG merupakan akumulasi dari berbagai sentimen, tidak hanya berasal dari tingkat domestik.

Rekomendasi untuk Pemerintah

Riefky menyarankan agar pemerintah fokus pada langkah-langkah berikut untuk memulihkan kepercayaan investor:

  1. Mengurangi Ketidakpastian Kebijakan: Menciptakan kepastian hukum dan kebijakan untuk meningkatkan kepercayaan investor.
  2. Stabilitas Fiskal: Memperbaiki kondisi fiskal dengan mengurangi defisit APBN dan mengoptimalkan penerimaan negara.
  3. Koordinasi Kebijakan: Meningkatkan koordinasi antarlembaga untuk menciptakan kebijakan yang konsisten dan dapat diprediksi.

Prospek ke Depan

Pemulihan IHSG akan sangat bergantung pada kemampuan pemerintah dalam menciptakan stabilitas kebijakan dan memperbaiki kondisi fiskal. Selain itu, sentimen global, terutama terkait kebijakan The Fed dan ketegangan geopolitik, juga akan terus memengaruhi pergerakan pasar modal.***

Facebook Comments Box
Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Ekonomi Jabar Tumbuh, Pengangguran Ikut Naik: BI Sebut Ada Anomali
Stok Melimpah, Harga Beras Tetap Naik: Zulhas Beberkan Alasannya
Surat Peringatan Menkeu: Belanja Daerah Seret, Ekonomi Bisa Tersungkur
Redenominasi Rupiah: INDEF Ingatkan Ancaman Inflasi dan Rent Seeker
Pemerintah Siapkan Rp20 Triliun Bangun Peternakan Ayam untuk Pasok Program MBG
Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III Melemah, Menkeu: Harusnya Bisa Lebih Tinggi
Utang Pinjol Tembus Rp 90,99 Triliun, Sinyal Darurat Literasi Keuangan Masyarakat
Pemerintah Siapkan RUU Redenominasi Rupiah 1000 bisa Jadi 1 : Apa Artinya untuk Dompet Kita?

Berita Terkait

Selasa, 11 November 2025 - 18:13 WIB

Ekonomi Jabar Tumbuh, Pengangguran Ikut Naik: BI Sebut Ada Anomali

Selasa, 11 November 2025 - 15:04 WIB

Stok Melimpah, Harga Beras Tetap Naik: Zulhas Beberkan Alasannya

Senin, 10 November 2025 - 11:20 WIB

Surat Peringatan Menkeu: Belanja Daerah Seret, Ekonomi Bisa Tersungkur

Minggu, 9 November 2025 - 18:19 WIB

Redenominasi Rupiah: INDEF Ingatkan Ancaman Inflasi dan Rent Seeker

Minggu, 9 November 2025 - 17:27 WIB

Pemerintah Siapkan Rp20 Triliun Bangun Peternakan Ayam untuk Pasok Program MBG

Berita Terbaru