Ilmuwan BRIN Ungkap Fakta Mikroplastik dalam Air Hujan Jakarta

- Redaksi

Sabtu, 18 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta, Mevin.ID — Narasi tentang “air hujan beracun” di DKI Jakarta tengah ramai di media sosial. Keresahan publik ini tak lepas dari hasil riset yang menyebutkan air hujan di Ibu Kota mengandung partikel mikroplastik.

Fakta itu dikonfirmasi dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan tahun 2022 di jurnal Marine Pollution Bulletin.

Namun, ilmuwan menegaskan, bukan berarti setiap tetes air hujan di Jakarta berbahaya. “Ada partikel plastik berukuran sangat kecil, lebih halus dari debu, yang ikut turun bersama hujan,” kata Muhammad Reza Cordova, salah satu peneliti dalam riset tersebut, Kamis (16/10/2025).

Reza yang juga peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan, jenis mikroplastik yang ditemukan berasal dari aktivitas manusia sehari-hari di kota besar: serat sintetis dari pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, hingga fragmen kemasan yang terurai di udara terbuka.

Mikroplastik tersebut kemudian terbawa angin ke atmosfer dan turun kembali melalui hujan.

“Bahaya yang dimaksud bukan dari air hujannya langsung, melainkan dari partikel mikroplastik, bahan kimia tambahan seperti BPA, serta polutan lain seperti logam berat yang menempel di permukaannya,” ujarnya.

Paparan mikroplastik dalam jangka panjang, kata Reza, berpotensi menimbulkan peradangan paru, stres oksidatif, hingga gangguan sistem imun.

Meski penelitian di Indonesia masih terbatas, bukti global menunjukkan perlunya kewaspadaan. “Prinsip pencegahan dan pengendalian harus jadi langkah utama,” tegasnya.

Kunci Pencegahan: Kurangi Sumbernya

Reza menilai masalah ini tidak bisa ditanggulangi oleh individu semata, tetapi perubahan kecil di tingkat masyarakat sangat berarti. “Kita bisa mulai dengan menghindari plastik sekali pakai, memilah sampah dari rumah, dan tidak membakar plastik,” ujarnya.

Ia juga menekankan peran industri dalam menerapkan sistem penyaringan serat dan pengembangan bahan yang ramah lingkungan. Pemerintah dan lembaga riset, lanjutnya, perlu melakukan pemantauan rutin terhadap kualitas udara dan air hujan serta memperkuat kolaborasi riset lintas negara.

“Setiap plastik yang tidak lepas ke lingkungan berarti satu sumber mikroplastik yang berhasil kita kurangi,” tutupnya.***

Facebook Comments Box
Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Larangan Polisi Rangkap Jabatan Sipil, Jimly: “Tak Ada Ruang untuk Tafsir”
Sebagian Besar dari 40 Masukan Publik untuk RUU KUHAP Diakomodasi Pemerintah dan DPR
Gerindra Pertimbangkan Penolakan Kader terhadap Rencana Masuknya Budi Arie
Roy Suryo dan dr Tifa Diperiksa 9 Jam, Jawab 377 Pertanyaan dalam Kasus Ijazah Palsu Jokowi
DPR–Pemerintah Sepakat Hapus Status Polri sebagai Penyidik Tertinggi dalam RKUHAP
Da’i Bachtiar: Ledakan di SMAN 72 Lebih Berbahaya dari Terorisme Konvensional
Yusril: Putusan MK Jadi Titik Balik Reformasi Kepolisian
Putusan MK Final: Polisi Aktif Dilarang Rangkap Jabatan Sipil, 4.351 Personel Wajib Mundur atau Pensiun

Berita Terkait

Jumat, 14 November 2025 - 13:48 WIB

Larangan Polisi Rangkap Jabatan Sipil, Jimly: “Tak Ada Ruang untuk Tafsir”

Jumat, 14 November 2025 - 10:44 WIB

Gerindra Pertimbangkan Penolakan Kader terhadap Rencana Masuknya Budi Arie

Jumat, 14 November 2025 - 09:52 WIB

Roy Suryo dan dr Tifa Diperiksa 9 Jam, Jawab 377 Pertanyaan dalam Kasus Ijazah Palsu Jokowi

Jumat, 14 November 2025 - 09:44 WIB

DPR–Pemerintah Sepakat Hapus Status Polri sebagai Penyidik Tertinggi dalam RKUHAP

Kamis, 13 November 2025 - 20:19 WIB

Da’i Bachtiar: Ledakan di SMAN 72 Lebih Berbahaya dari Terorisme Konvensional

Berita Terbaru

Humaniora

Gotong Royong Digital: Mahkota Kebaikan dan Ancaman di Baliknya

Jumat, 14 Nov 2025 - 11:59 WIB