Indonesia Siap Tawarkan Investasi di AS, Jadi Bahan Tawar Tarif Resiprokal

- Redaksi

Senin, 14 April 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers usai pertemuan dengan pelaku usaha di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (7/4/2025) ANTARA/Bayu Saputra/aa.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers usai pertemuan dengan pelaku usaha di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (7/4/2025) ANTARA/Bayu Saputra/aa.

Jakarta, Mevin.ID Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa akan ada perusahaan Indonesia yang berinvestasi di Amerika Serikat (AS), sebagai bagian dari strategi diplomasi ekonomi dalam menghadapi tarif resiprokal yang diterapkan AS.

“Selain mengundang investasi Amerika di Indonesia, Indonesia juga akan ada perusahaan yang investasi di Amerika, sehingga seluruhnya tergantung dari pada pembicaraan nanti,” ujar Airlangga dalam konferensi pers, Senin (14/4).

Meski belum membeberkan nama perusahaannya, Airlangga menyebut keputusan akhir akan ditentukan dalam rangkaian negosiasi bilateral antara Indonesia dan AS yang berlangsung 16–23 April 2025 di Washington DC.

Delegasi RI Bertemu USTR Hingga Treasury AS

Dalam kunjungan ini, Airlangga akan memimpin tim delegasi yang terdiri dari sejumlah pejabat tinggi negara, di antaranya:

  • Menteri Keuangan Sri Mulyani
  • Menteri Luar Negeri Sugiono
  • Wakil Ketua DEN Mari Elka Pangestu
  • Wamenlu Armanatha Nasir
  • Wamenkeu Thomas Djiwandono
  • Ketua DK OJK Mahendra Siregar

Mereka dijadwalkan bertemu dengan berbagai pejabat tinggi AS, termasuk dari USTR, Secretary of Commerce, Secretary of State, hingga Secretary of the Treasury.

Paket Negosiasi Indonesia

Dalam forum negosiasi tersebut, Indonesia akan mengajukan empat agenda utama, yaitu:

  1. Revitalisasi TIFA (Trade & Investment Framework Agreement) sebagai dasar hubungan dagang yang lebih modern dan fleksibel.
  2. Deregulasi Non-Tariff Measures (NTMs), termasuk relaksasi TKDN di sektor TIK dan evaluasi pelarangan barang ekspor/impor.
  3. Peningkatan impor dan investasi dari AS, dengan target penambahan nilai impor sekitar USD 18–19 miliar.
  4. Pemberian insentif fiskal dan non-fiskal, seperti pengurangan bea masuk, PPh, dan PPN impor demi menjaga daya saing ekspor Indonesia.***
Facebook Comments Box
Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Ekonomi Jabar Tumbuh, Pengangguran Ikut Naik: BI Sebut Ada Anomali
Stok Melimpah, Harga Beras Tetap Naik: Zulhas Beberkan Alasannya
Surat Peringatan Menkeu: Belanja Daerah Seret, Ekonomi Bisa Tersungkur
Redenominasi Rupiah: INDEF Ingatkan Ancaman Inflasi dan Rent Seeker
Pemerintah Siapkan Rp20 Triliun Bangun Peternakan Ayam untuk Pasok Program MBG
Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III Melemah, Menkeu: Harusnya Bisa Lebih Tinggi
Utang Pinjol Tembus Rp 90,99 Triliun, Sinyal Darurat Literasi Keuangan Masyarakat
Pemerintah Siapkan RUU Redenominasi Rupiah 1000 bisa Jadi 1 : Apa Artinya untuk Dompet Kita?

Berita Terkait

Selasa, 11 November 2025 - 15:04 WIB

Stok Melimpah, Harga Beras Tetap Naik: Zulhas Beberkan Alasannya

Senin, 10 November 2025 - 11:20 WIB

Surat Peringatan Menkeu: Belanja Daerah Seret, Ekonomi Bisa Tersungkur

Minggu, 9 November 2025 - 18:19 WIB

Redenominasi Rupiah: INDEF Ingatkan Ancaman Inflasi dan Rent Seeker

Minggu, 9 November 2025 - 17:27 WIB

Pemerintah Siapkan Rp20 Triliun Bangun Peternakan Ayam untuk Pasok Program MBG

Minggu, 9 November 2025 - 08:34 WIB

Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III Melemah, Menkeu: Harusnya Bisa Lebih Tinggi

Berita Terbaru