Indonesia Tawarkan Pemangkasan Bea Masuk Produk AS, Imbalannya Akses Ekspor dan Impor Gandum Rp8 Triliun

- Redaksi

Senin, 7 Juli 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto saat menyampaikan keterangan kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (16/3/2025). ANTARA/Andi Firdaus/aa.

Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto saat menyampaikan keterangan kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (16/3/2025). ANTARA/Andi Firdaus/aa.

Jakarta, Mevin.ID – Pemerintah Indonesia menawarkan pemangkasan tarif bea masuk untuk sejumlah produk utama asal Amerika Serikat hingga mendekati nol persen. Langkah ini merupakan bagian dari strategi negosiasi dagang dengan Washington, yang juga mencakup pembelian gandum dan pesawat Boeing oleh Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan bahwa tarif bea masuk untuk produk ekspor unggulan AS—terutama komoditas pertanian—yang sebelumnya berada pada kisaran 0–5 persen, akan diturunkan secara signifikan.

“Ekspor utama AS akan dikenakan tarif mendekati nol, tapi itu juga bergantung pada berapa besar tarif yang bisa kita dapat dari mereka,” ujar Airlangga dalam pernyataan kepada wartawan, dikutip Reuters, Jumat (21/6/2025).

Impor Gandum dan Pembelian Boeing

Dalam paket kesepakatan dagang ini, Indonesia juga berkomitmen untuk membeli gandum asal Amerika Serikat senilai 500 juta dollar AS atau sekitar Rp8,09 triliun (kurs Rp16.186 per dolar AS).

Ketua Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO), Franciscus Welirang, mengungkapkan bahwa pembelian dilakukan melalui tender oleh seluruh anggota asosiasi. Beberapa pemasok asal AS yang terlibat antara lain Cargill, Bunge Global, ADM, Columbia Grain, dan United Grain Corporation.

Selain itu, maskapai pelat merah Garuda Indonesia dikabarkan akan menandatangani pembelian pesawat Boeing dalam kontrak senilai 34 miliar dollar AS atau sekitar Rp550 triliun.

Tuntutan Akses Pasar Ekspor Indonesia

Sebagai bagian dari negosiasi, Indonesia meminta akses pasar yang lebih adil bagi produk ekspor nasional seperti elektronik, tekstil, dan alas kaki, yang selama ini masih dikenakan tarif tinggi di pasar Amerika.

“Kami ingin mereka menurunkan tarif untuk barang-barang tersebut serendah mungkin,” ujar Susiwijono Moegiarso, Sekretaris Kemenko Perekonomian.

Menurut data pemerintah, meski Indonesia mencatat surplus perdagangan barang sebesar 17,9 miliar dollar AS dengan AS pada 2024, banyak produk ekspor RI masih dikenakan tarif hingga 32 persen.

Negosiasi ini diharapkan dapat menciptakan skema dagang yang lebih seimbang antara kedua negara serta membuka peluang investasi baru di sektor strategis.***

Facebook Comments Box
Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Ekonomi Jabar Tumbuh, Pengangguran Ikut Naik: BI Sebut Ada Anomali
Stok Melimpah, Harga Beras Tetap Naik: Zulhas Beberkan Alasannya
Surat Peringatan Menkeu: Belanja Daerah Seret, Ekonomi Bisa Tersungkur
Redenominasi Rupiah: INDEF Ingatkan Ancaman Inflasi dan Rent Seeker
Pemerintah Siapkan Rp20 Triliun Bangun Peternakan Ayam untuk Pasok Program MBG
Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III Melemah, Menkeu: Harusnya Bisa Lebih Tinggi
Utang Pinjol Tembus Rp 90,99 Triliun, Sinyal Darurat Literasi Keuangan Masyarakat
Pemerintah Siapkan RUU Redenominasi Rupiah 1000 bisa Jadi 1 : Apa Artinya untuk Dompet Kita?

Berita Terkait

Selasa, 11 November 2025 - 15:04 WIB

Stok Melimpah, Harga Beras Tetap Naik: Zulhas Beberkan Alasannya

Senin, 10 November 2025 - 11:20 WIB

Surat Peringatan Menkeu: Belanja Daerah Seret, Ekonomi Bisa Tersungkur

Minggu, 9 November 2025 - 18:19 WIB

Redenominasi Rupiah: INDEF Ingatkan Ancaman Inflasi dan Rent Seeker

Minggu, 9 November 2025 - 17:27 WIB

Pemerintah Siapkan Rp20 Triliun Bangun Peternakan Ayam untuk Pasok Program MBG

Minggu, 9 November 2025 - 08:34 WIB

Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III Melemah, Menkeu: Harusnya Bisa Lebih Tinggi

Berita Terbaru