Bandung, Mevin.ID – Jumlah korban dalam insiden desak-desakan saat pesta rakyat pernikahan anak Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi di Kabupaten Garut terus bertambah. Hingga Minggu (20/7/2025), total korban mencapai 30 orang, dengan 3 orang meninggal dunia dan 8 lainnya masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Jabar, Kombes Pol Iwansyah, menyampaikan bahwa 19 korban lainnya telah diizinkan pulang setelah menjalani perawatan.
“Sebanyak 8 orang masih menjalani perawatan intensif. Mereka mengalami gangguan medis seperti trauma thoraks, asma bronkhial, dan panic attack,” ujar Iwansyah.
Tim medis gabungan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Garut dan Polda Jawa Barat telah memberikan penanganan darurat, termasuk pemberian oksigen, infus, dan pengobatan intravena.
“Polda Jabar menurunkan tim medis dan berkoordinasi dengan rumah sakit. Penanganan dilakukan secara serius dan intensif,” tegas Iwansyah.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Hendra Rochmawan menyatakan bahwa penyelidikan atas insiden ini masih berlangsung. Polisi juga melakukan evaluasi terhadap tata kelola acara untuk mencegah insiden serupa.
“Kami mengimbau penyelenggara kegiatan publik untuk memperhatikan kapasitas lokasi dan aspek keselamatan secara menyeluruh,” katanya.
Menurut Hendra, keselamatan masyarakat adalah prioritas utama. Pihaknya akan terus memantau perkembangan kondisi para korban hingga pulih sepenuhnya.
Insiden terjadi pada Jumat (18/7/2025) saat pesta rakyat berupa makan gratis diadakan di Pendopo, Alun-alun Lapang Oto Iskandar Dinata, sebagai bagian dari syukuran pernikahan antara Wakil Bupati Garut Luthfianisa Putri Karlina dan Maula Akbar Mulyadi Putra, putra Gubernur Jabar Dedi Mulyadi.
Tiga korban meninggal dunia dalam insiden tersebut adalah:
- Vania Aprilia (8 tahun)
- Dewi Jubaedah (61 tahun)
- Bripka Cecep Saeful Bahri (39 tahun), anggota Polsek Karangpawitan.
Pihak keluarga korban dan masyarakat pun mendesak adanya evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan acara publik berskala besar agar tragedi serupa tidak terulang kembali.***





















