Tel Aviv, Mevin.ID — Iran menembakkan sekitar 20 rudal ke wilayah tengah dan utara Israel pada Minggu pagi (22/6), hanya beberapa jam setelah Amerika Serikat melancarkan serangan udara ke tiga fasilitas nuklir utama Iran. Serangan balasan ini segera dikonfirmasi oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Ledakan keras terdengar di berbagai wilayah Israel. Layanan darurat Magen David Adom (MDA) mengonfirmasi telah menerima laporan di sedikitnya 10 lokasi jatuhnya rudal, dengan satu korban luka dilaporkan di daerah Shfela.
Serangan juga menghantam wilayah Haifa, serta distrik Pesisir, Tengah, dan Dan, menyebabkan kerusakan pada gedung dan kendaraan, menurut Otoritas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Israel.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Tim pemadam kebakaran sedang beroperasi di lokasi kejadian,” kata pernyataan otoritas.
Israel Aktifkan Sistem Pertahanan Rudal
Setelah sirene pertama berbunyi, IDF menyatakan rudal tambahan kembali ditembakkan dari Iran, dan sistem pertahanan udara segera diaktifkan untuk mencegat ancaman.
Masyarakat Israel diminta masuk ke tempat perlindungan dan tetap di sana hingga pemberitahuan selanjutnya.
Serangan Balasan atas Gempuran AS
Serangan rudal Iran terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan keberhasilan serangan militer terhadap tiga situs nuklir Iran: Fordow, Natanz, dan Isfahan, pada Sabtu (21/6).
“Muatan penuh bom dijatuhkan di Fordow. Semua pesawat telah kembali dengan selamat. Ini momen bersejarah bagi AS, Israel, dan dunia,” tulis Trump di Truth Social.
Trump juga memperingatkan Iran agar menghentikan perang, atau bersiap menghadapi serangan yang lebih besar di masa depan.
Iran: Serangan AS Langgar Hukum Internasional
Organisasi Energi Atom Iran mengecam pengeboman AS, menyebutnya sebagai tindakan yang “melanggar hukum internasional” dan mencerminkan “logika rimba belantara”.
“Kami tidak akan membiarkan pengembangan industri nasional ini dihentikan, berkat dedikasi ribuan ilmuwan revolusioner kami,” tegas pernyataan resmi badan nuklir Iran.
Iran menuduh IAEA (Badan Energi Atom Internasional) bersikap lalai atau bahkan terlibat dalam serangan tersebut karena membiarkan pelanggaran berlangsung.***