Islam Mengajarkan Kesabaran dalam Menghadapi Kesulitan

- Redaksi

Jumat, 21 Februari 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

ISLAM mengajarkan bahwa ketika seseorang dihadapkan pada masa-masa sulit, sikap sabar adalah yang utama. Dengan kesabaran, seseorang akan menjadi lapang dada dan rela menerima segala takdir Allah SWT, termasuk takdir yang terasa buruk. Diharapkan, melalui kesabaran ini, Allah SWT akan mengganti kesulitan dengan kemudahan dan keberuntungan. Hal ini sejalan dengan ungkapan bijak “man shabara zhafira” (siapa yang bersabar, maka dia akan beruntung).

Allah SWT telah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa kesulitan selalu diikuti oleh kemudahan. Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. al-Insyirah ayat 5-6, yang artinya: “Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan.

Makna “Ma’a” dalam Konteks Kesulitan dan Kemudahan

Kata “ma’a” sering diartikan secara harfiah sebagai ‘bersama’, namun dalam konteks ini, tafsirnya adalah ‘sesudah’. Menurut al-Zamakhsyari dalam kitab Tafsir al-Kasysyaf, penggunaan kata “ma’a” meskipun bermakna ‘sesudah’, menggambarkan betapa dekat dan singkatnya waktu antara kesulitan dan kemudahan. Keduanya seakan-akan bergandengan dan tidak terpisahkan.

Oleh karena itu, seorang hamba Allah tidak sepantasnya terus mengeluh ketika menghadapi kesulitan. Di balik kesulitan yang dialami, kemudahan pasti akan datang bagi mereka yang yakin dan percaya pada kemurahan, keadilan, dan kebijaksanaan Allah SWT.

Kesulitan Bukan Selalu Ujian atau Hukuman

Kesulitan tidak selalu berarti ujian atau hukuman dari Allah SWT. Bisa jadi, kesulitan tersebut adalah bentuk kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya. Sebagai perumpamaan, seorang anak yang sakit flu merengek meminta es krim kepada ibunya. Namun, sang ibu menolak membelikannya karena sayang kepada anaknya. Jika es krim diberikan, justru sakit flu anak tersebut akan bertambah parah.

Begitu pula dengan keyakinan seorang hamba terhadap Allah SWT. Seharusnya, seorang hamba selalu berprasangka baik kepada Tuhannya, meyakini bahwa setiap kesulitan yang dialami adalah bagian dari rahmat dan bimbingan-Nya dalam menjalani kehidupan yang fana ini. Dengan demikian, hamba tersebut akan senantiasa mendapatkan rahmat dan petunjuk dari Allah SWT. ***

Edisi Jumat Berkah, 21 Februari 2025

Facebook Comments Box
Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Gotong Royong Digital: Mahkota Kebaikan dan Ancaman di Baliknya
Arsitek Sejati Kehidupan: Menciptakan Kesempurnaan dari Dalam Diri ala Socrates
Tumpukan Sampah yang Tak Kunjung Usai
Ketika Korban Bullying Menemukan “Pelarian” di Dunia Gelap Digital
Manusia, Anjing, dan Pengkhianatan Diri: Sebuah Refleksi Atas Homo Duplex
Ketersendirian Pahlawan dan Mandat untuk Menang: Filosofi Eksistensialisme dalam Perjuangan Pribadi
Ketangguhan Desa dan Sinergi Pentahelix Hadapi Krisis Iklim
Marsinah, Antara Pengakuan dan Penghapusan

Berita Terkait

Jumat, 14 November 2025 - 11:59 WIB

Gotong Royong Digital: Mahkota Kebaikan dan Ancaman di Baliknya

Jumat, 14 November 2025 - 09:25 WIB

Arsitek Sejati Kehidupan: Menciptakan Kesempurnaan dari Dalam Diri ala Socrates

Jumat, 14 November 2025 - 08:02 WIB

Tumpukan Sampah yang Tak Kunjung Usai

Kamis, 13 November 2025 - 19:21 WIB

Ketika Korban Bullying Menemukan “Pelarian” di Dunia Gelap Digital

Kamis, 13 November 2025 - 15:25 WIB

Manusia, Anjing, dan Pengkhianatan Diri: Sebuah Refleksi Atas Homo Duplex

Berita Terbaru

Humaniora

Gotong Royong Digital: Mahkota Kebaikan dan Ancaman di Baliknya

Jumat, 14 Nov 2025 - 11:59 WIB