Teheran, Mevin.ID – Ketegangan antara Israel dan Iran kembali meningkat tajam setelah kedua negara melancarkan serangan militer satu sama lain pada Sabtu (14/6/2025) malam waktu setempat. Eskalasi ini menimbulkan kekhawatiran global akan potensi pecahnya perang regional berskala luas di Timur Tengah.
Militer Israel melancarkan serangan yang menyasar infrastruktur strategis Iran, termasuk ladang gas South Pars di Provinsi Bushehr, yang merupakan fasilitas energi terbesar di negara tersebut. Kantor berita semi-resmi Tasnim melaporkan, produksi sempat dihentikan sebagian akibat kebakaran yang dipicu serangan tersebut.
Sebagai tanggapan, Iran langsung membatalkan putaran perundingan nuklir dengan Amerika Serikat yang dijadwalkan berlangsung di Oman pada Minggu. Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menyatakan, “Tidak mungkin dilakukan pembicaraan sementara Iran terus menjadi sasaran serangan barbar Israel.”
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada saat yang sama, Iran meluncurkan rudal dan drone ke wilayah Israel. Militer Israel mengonfirmasi peluncuran tersebut dan menyatakan telah melakukan intersepsi serta serangan lanjutan ke sasaran militer di Teheran. Televisi pemerintah Iran menyebut sejumlah rudal berhasil ditembakkan ke wilayah Israel.
Sirene peringatan serangan udara terdengar di Haifa, Israel utara, namun tidak terdengar di Yerusalem. Satu rudal dilaporkan menghantam rumah dua lantai di wilayah utara Israel, menewaskan seorang perempuan berusia 20-an dan melukai 13 lainnya.
Pemerintah Iran melaporkan total korban tewas telah mencapai 138 orang dalam dua hari terakhir, termasuk 60 orang yang meninggal saat apartemen 14 lantai di Teheran hancur akibat rudal Israel. Dari jumlah itu, 29 korban adalah anak-anak.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa serangan saat ini “belum seberapa dibandingkan dengan apa yang akan Iran hadapi dalam beberapa hari ke depan.” Ia juga menyerukan rakyat Iran untuk bangkit melawan rezim ulama yang berkuasa.
Organisasi HAM Israel, B’Tselem, mengkritik kebijakan pemerintah Israel. “Alih-alih menempuh jalur diplomasi, pemerintah memilih perang yang mempertaruhkan nyawa seluruh kawasan,” tulis pernyataan resmi organisasi tersebut.
Sementara itu, seorang jenderal senior Iran, Esmail Kosari, menyatakan bahwa pemerintah mempertimbangkan opsi untuk menutup Selat Hormuz, jalur ekspor minyak global yang vital, sebagai respons terhadap serangan Israel.
Harga minyak dunia melonjak hingga 9% pada Jumat (13/6), di tengah kekhawatiran pasar atas potensi terganggunya ekspor energi dari kawasan.
Presiden AS Donald Trump mengeluarkan peringatan keras terhadap Teheran namun menyatakan masih membuka jalur diplomasi jika Iran bersedia menurunkan level program nuklirnya secara drastis. Meski demikian, laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyebut Iran telah melanggar kewajiban berdasarkan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT).
Israel menyatakan bahwa serangan yang dilakukan bertujuan untuk menggagalkan langkah terakhir Iran menuju produksi senjata nuklir. Iran membantah tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa program nuklirnya murni untuk kepentingan sipil.***