Bandung, Mevin.ID — Setelah lebih dari dua bulan terpasung ketidakpastian, Kebun Binatang Bandung akhirnya kembali bernafas lega.
Langkah kepolisian membuka police line yang menutup area konservasi itu menjadi kabar gembira bagi ratusan pekerja dan lebih dari 700 ekor satwa yang hidup di dalamnya.
Siang itu, Kapolda Jawa Barat Irjen Pol. Rudi Setiawan tiba di lokasi sekitar pukul 14.50 WIB. Ia disambut hangat oleh General Manager Bandung Zoo, Petrus Arbeny, bersama puluhan karyawan yang tergabung dalam Serikat Pekerja Mandiri Derenten (SPMD).
Dalam kunjungan singkat berdurasi tiga puluh menit, suasana yang semula tegang berubah menjadi teduh. Dialog terbuka antara aparat dan pihak pekerja memperlihatkan upaya menenangkan badai yang sempat mengguncang lembaga konservasi tertua di Jawa Barat ini.
“Kami di sini sebagai pihak pengaman berada di tengah-tengah. Yang berkonflik silakan di luar. Kebun binatang ini harus tetap beroperasi karena banyak satwa yang bergantung di dalamnya,” kata Kapolda Jabar Irjen Pol. Rudi Setiawan
Pernyataan itu menandai sikap netral kepolisian: mengedepankan kepentingan publik dan kelangsungan hidup satwa di atas pertikaian manusia.
Satwa Tak Punya Syarat, Hanya Butuh Perhatian
Menurut Humas Bandung Zoo, Sulhan Syafi’i, police line resmi dibuka sejak Senin malam, 13 Oktober 2025, pukul 20.30 WIB oleh tim Inafis Polrestabes Bandung.
“Kami bersyukur police line sudah dibuka. Kini kami bisa melanjutkan tugas menjaga dan mengurus satwa di dalam kebun binatang,” ujar Sulhan.
Ia menegaskan, para pekerja yang tergabung dalam SPMD tetap berkomitmen menjaga 710 ekor satwa dari berbagai spesies.
“Ini adalah tanggung jawab moral dan profesi kami. Satwa-satwa itu tidak tahu soal konflik, mereka hanya butuh perhatian,” tambahnya.
Namun, Sulhan menyebut kebun binatang belum akan langsung dibuka untuk umum. Beberapa fasilitas masih harus diperbaiki pascakericuhan pada 6 Agustus lalu.
“Yang jelas kami akan buka secepatnya begitu kondisi benar-benar kondusif,” pungkasnya.
Dukungan Publik: Warisan Sunda yang Tak Boleh Punah
Langkah Kapolda Jabar membuka segel kebun binatang disambut luas, terutama oleh komunitas Pejuang Warisan Sunda (PEWARIS).
“Ini membuktikan bahwa kepolisian daerah Jawa Barat peka terhadap aspirasi masyarakat,” ujar Rully Alfiady, tokoh PEWARIS, dalam pernyataannya.
Bagi Rully, keputusan tersebut bukan sekadar soal keamanan, melainkan upaya menyelamatkan warisan budaya dan ekologis yang melekat pada Kebun Binatang Bandung.
“Dua bulan penutupan telah mengorbankan ribuan pekerja informal, pedagang kecil, hingga pengunjung yang menggantungkan hidup di sekitar sini,” katanya.
“Kami berharap kebun binatang bisa beroperasi kembali sebagai wisata edukasi dan ekologi yang membanggakan warga Jawa Barat.”
Namun apresiasi itu datang dengan peringatan tegas. Pewaris meminta agar pihak-pihak tanpa historis jelas tak lagi mengusik ketenangan lembaga ini.
“Jangan sekali-kali mengulangi intimidasi seperti kejadian 6 Agustus lalu,” tegas Rully.
Ia juga mengingatkan pentingnya menegakkan supremasi hukum dalam sengketa yayasan yang selama ini menjadi sumber konflik.
“Kita hormati proses hukum. Tunggu sampai ada keputusan berkekuatan hukum tetap,” ujarnya.
Lebih dari Sekadar Wisata
Bagi sebagian orang, kebun binatang hanyalah tempat rekreasi. Tapi bagi banyak warga Bandung, Bandung Zoo adalah rumah kenangan, ruang belajar, dan saksi sejarah panjang hubungan manusia dengan alam.
Langkah Kapolda Jabar hari ini bukan hanya membuka gerbang besi yang tertutup, tapi juga membuka kembali harapan — bahwa di tengah konflik kepentingan, masih ada ruang bagi nurani dan akal sehat untuk berpihak pada kehidupan.***




















