Pakistan, Mevin.ID – Krisis antara dua negara bersenjata nuklir, India dan Pakistan, kembali berada di ambang konflik terbuka. Pada Selasa malam (6/5), India meluncurkan serangan rudal ke sejumlah wilayah di Pakistan dan Kashmir yang dikuasai Pakistan. Ledakan terdengar di kota Bahawalpur, Muridke, Bagh, Muzaffarabad, dan Kotli.
“Sedikitnya tiga orang tewas dan belasan lainnya terluka,” kata Letnan Jenderal Ahmed Sharif Chaudhry, juru bicara militer Pakistan, kepada Geo News. Pakistan langsung membalas serangan itu, meski rincian balasan belum diungkap sepenuhnya.
Kementerian Pertahanan India menyebut operasi tersebut sebagai Operasi Sindoor, menargetkan sembilan lokasi yang diklaim sebagai “infrastruktur teroris” yang terlibat dalam serangan mematikan di Pahalgam, Kashmir India, pada 22 April lalu. Serangan itu menewaskan 26 orang dan memicu eskalasi tajam dalam hubungan kedua negara.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
India berdalih tindakannya bersifat “terarah, terukur, dan tidak bertujuan eskalatif.” Tidak ada fasilitas militer Pakistan yang diserang, menurut pernyataan resmi New Delhi. “India menunjukkan pengendalian diri besar dalam memilih target dan metode,” lanjut pernyataan tersebut.
Namun, Islamabad tidak tinggal diam.
Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif pada Rabu pagi (7/5) mengecam keras serangan tersebut, menyebutnya sebagai “tindakan pengecut” dan “aksi perang terbuka.” Ia berjanji Pakistan akan memberikan balasan setimpal. “Bangsa ini tahu cara menghadapi musuh. Kami tidak akan membiarkan tujuan jahat India tercapai,” tegas Sharif.
Kementerian Luar Negeri Pakistan turut mengecam serangan India sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan negaranya dan menyebutnya “aksi perang tanpa alasan.” Islamabad mengisyaratkan akan menggunakan hak bela diri berdasarkan Piagam PBB.
Situasi ini menyusul rangkaian respons diplomatik pasca-serangan di Pahalgam, termasuk saling tuding, pengusiran diplomat, hingga penangguhan visa.
Kini, provinsi Punjab yang berbatasan langsung dengan India telah mengumumkan keadaan darurat. Seluruh sekolah ditutup, dan warga diminta tetap waspada. Aroma konflik kian pekat di Asia Selatan.***