Washington D.C., Mevin.ID — Lebih dari 50 negara telah menghubungi pemerintah Amerika Serikat untuk meminta negosiasi terkait kebijakan tarif impor baru yang diberlakukan oleh Presiden AS. Hal ini disampaikan oleh Ketua Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, Kevin Hassett, dalam wawancara dengan ABC News, Minggu (6/4).
“Saya mendapat laporan dari Perwakilan Dagang AS tadi malam bahwa sudah lebih dari 50 negara berkomunikasi dengan presiden kita untuk meminta negosiasi,” ujar Hassett dalam program “This Week” yang dipandu George Stephanopoulos.
Menurut Hassett, negara-negara tersebut awalnya bereaksi keras terhadap kebijakan tarif, bahkan mengancam tindakan balasan. Namun, sebagian besar kini menunjukkan kesiapan untuk berunding.
“Mereka marah dan ingin membalas, tapi mereka juga bersedia datang ke meja perundingan karena menyadari dampak besar tarif tersebut terhadap ekonomi mereka,” jelasnya.
Hassett juga menilai bahwa kebijakan tarif tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap konsumen dalam negeri AS. Ia beralasan, negara-negara yang terdampak memiliki suplai yang tidak elastis, sehingga AS selama ini mengalami defisit perdagangan yang berkepanjangan.
Namun, pendapat berbeda disampaikan oleh mantan Menteri Keuangan AS, Lawrence Summers, yang juga hadir dalam wawancara tersebut. Summers menilai bahwa kebijakan tarif justru berdampak negatif terhadap perekonomian nasional.
“Tarif impor menyebabkan kenaikan harga dan mendorong inflasi. Akibatnya, daya beli masyarakat menurun dan lapangan pekerjaan ikut terdampak,” ujarnya.
Debat mengenai efektivitas kebijakan tarif AS terus menjadi perhatian global, terutama di tengah meningkatnya tekanan diplomatik dari negara-negara mitra dagang utama yang terdampak langsung oleh kebijakan tersebut.***




















