Makan Siang Mengubah Banyak Hal, Harapan Baru dari Piring Sederhana Yang Penuh Makna

- Redaksi

Selasa, 6 Mei 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi Makan Bergizi Gratis

Ilustrasi Makan Bergizi Gratis

TEPAT pukul 12 siang, suara bel sekolah menggema di SD Negeri Bojongmalaka, Bandung. Namun alih-alih berhamburan keluar gerbang seperti biasanya, para siswa justru berbaris rapi menuju aula belakang.

Di sana, meja-meja panjang telah disiapkan. Piring-piring berisi nasi, sayur bening, ayam goreng, dan potongan semangka tersaji rapi, menanti untuk disantap bersama.

“Ini saat yang paling ditunggu anak-anak,” ujar Bu Nia, guru kelas 5 yang ikut mendampingi mereka. “Makan bersama, duduk sejajar, dan yang terpenting—mereka menyantap makanan bergizi yang mungkin tidak selalu tersedia di rumah.”

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan pemerintah pusat telah membawa perubahan nyata bagi sekolah-sekolah yang menerimanya. Tak hanya membantu anak-anak dari keluarga prasejahtera memenuhi kebutuhan nutrisi, tetapi juga membentuk lingkungan belajar yang lebih sehat, ceria, dan penuh rasa kebersamaan.

Lebih dari itu, suasana makan bersama ini mempererat hubungan antarsiswa, menumbuhkan empati, dan secara alami mengikis potensi bullying yang selama ini dikhawatirkan merusak kesehatan mental anak-anak.

Gizi yang Meningkat, Kualitas Anak yang Terangkat

Asupan gizi seimbang yang kini rutin diterima mulai menunjukkan hasil. Para guru melihat peningkatan konsentrasi belajar, energi yang stabil, serta semangat yang lebih tinggi. Bahkan pada jam pelajaran terakhir—yang biasanya menjadi ujian kesabaran—siswa tetap fokus dan aktif.

“Ayah saya bilang sekarang saya lebih kuat belajar malam. Dulu suka ngantuk,” cerita Rafi (10), siswa kelas 4 yang selalu hadir saat makan siang bersama.

Program MBG dirancang bukan sekadar pemenuhan kebutuhan perut. Ia adalah pondasi untuk membangun generasi sehat dan cerdas—anak-anak Indonesia yang siap bersaing dalam dunia yang makin kompleks.

Visi besar ini tak bisa ditunda. Ia harus dimulai dari level paling dasar—PAUD, SD, SMP, hingga SMA. Karena di sanalah masa depan bangsa sedang tumbuh dan dibentuk, suap demi suap.

Sekolah yang Belum Kebagian, Jangan Diam

Namun kenyataannya, belum semua sekolah menikmati program ini. Di berbagai pelosok, ratusan sekolah masih menanti giliran. Di sinilah pentingnya peran aktif dari pihak sekolah dan dinas pendidikan daerah untuk mengambil inisiatif.

“Kami sudah melihat dampaknya sangat besar. Jadi kami dorong sekolah-sekolah lain mulai menyusun proposal, menghubungi SPPG setempat, agar anak-anak di sekolah mereka juga bisa merasakan manfaatnya,” kata Ary Santoso, Staf Khusus Kepala Badan Gizi Nasional (BGN).

Program ini bukan hadiah. Ia adalah peluang yang bisa dan harus diperjuangkan, terutama oleh sekolah-sekolah yang melihat sendiri bagaimana anak-anaknya butuh perhatian lebih dalam hal gizi.

Makan Siang adalah Hak, Bukan Bonus

Lebih dari sekadar proyek anggaran, makan bergizi gratis adalah hak dasar setiap anak untuk hidup sehat dan tumbuh optimal. Anak-anak tak bisa memilih di mana mereka dilahirkan, tetapi sistem dapat menjamin mereka mendapat kesempatan yang sama.

“Ada semangat gotong royong di setiap sendok yang mereka suapkan. Karena saat anak-anak makan bersama, mereka belajar tentang nilai sosial yang tak bisa diajarkan lewat buku,” tambah Bu Nia.

Hari itu, seperti hari-hari lainnya, tawa anak-anak menggema di aula makan. Piring-piring kosong yang segera terisi kembali bukan hanya memuaskan perut kecil mereka, tetapi juga mengisi hati kita dengan harapan besar: bahwa masa depan Indonesia sedang dibangun—dari satu piring sederhana yang penuh makna.

***

Program Makan Bergizi Gratis bukan sekadar agenda pemerintah—ia adalah investasi jangka panjang dalam membangun generasi Indonesia yang lebih kuat, lebih sehat, dan lebih cerdas.

Asupan gizi yang baik terbukti meningkatkan semangat belajar, kesehatan fisik, dan kebersamaan antarsiswa.

Maka sudah saatnya sekolah-sekolah yang belum tersentuh program ini mengambil langkah aktif, agar setiap anak Indonesia, tanpa kecuali, mendapat hak yang sama untuk tumbuh optimal dan meraih masa depan yang lebih baik.

Panca Saktiadi, Pemerhati Sosial, tinggal di Bandung

Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Seneca: Amarah Tak Terkendali Lebih Menyakiti Diri Kita daripada Luka yang Menyebabkannya
Sikap Tegas Bupati dan Kejari Bekasi Ditunggu Warga Dalam Polemik Fasos-Fasum yang Dikelola Secara Ilegal
Zeno dari Citium: Di Era Ramai Bicara, Bijaklah untuk Lebih Banyak Mendengarkan
Gubernur Dedi Mulyadi Diidolakan, Tapi Mampukah Ia Ubah Jawa Barat?
Sampah, Sanksi, dan Sadar Diri: Saatnya Pengelola Kawasan Tidak Lagi Berlindung di Balik Pemda
Menanti Kehadiran Peran Dewan Kesejahteraan Buruh Nasional
Jangan Paksa Dunia Mengikuti Kehendakmu – Inilah Nasihat Epictetus yang Menguatkan Jiwa
Bom Waktu Ketimpangan: Mengapa Rakyat Tetap Miskin Meski Negara Kaya

Berita Terkait

Sabtu, 17 Mei 2025 - 23:04 WIB

Seneca: Amarah Tak Terkendali Lebih Menyakiti Diri Kita daripada Luka yang Menyebabkannya

Sabtu, 17 Mei 2025 - 22:19 WIB

Sikap Tegas Bupati dan Kejari Bekasi Ditunggu Warga Dalam Polemik Fasos-Fasum yang Dikelola Secara Ilegal

Jumat, 16 Mei 2025 - 22:56 WIB

Zeno dari Citium: Di Era Ramai Bicara, Bijaklah untuk Lebih Banyak Mendengarkan

Kamis, 15 Mei 2025 - 22:30 WIB

Gubernur Dedi Mulyadi Diidolakan, Tapi Mampukah Ia Ubah Jawa Barat?

Rabu, 14 Mei 2025 - 09:31 WIB

Sampah, Sanksi, dan Sadar Diri: Saatnya Pengelola Kawasan Tidak Lagi Berlindung di Balik Pemda

Berita Terbaru