Jakarta, Mevin.ID – Di balik keindahan pantai-pantai Indonesia, tersembunyi kekayaan alam yang sering terabaikan: mangrove. Lebih dari sekadar tanaman pesisir, mangrove adalah benteng alami yang melindungi garis pantai dari abrasi, gelombang tinggi, bahkan tsunami. Tak hanya itu, mangrove juga menjadi penyerap karbon super efisien, bahkan melebihi hutan hujan tropis.
“Mangrove adalah penyimpan karbon terbaik di dunia. Jika kita jaga, mereka akan menjadi aset besar bagi Indonesia dalam mitigasi iklim,” ujar Edelweise Cita Loka DP, Koordinator Sahabat KAWALI, dalam kampanye lingkungan pada Senin (1/7/2025).
Namun kekuatan mangrove tak berhenti di ekologi. Mereka juga menyimpan potensi ekonomi bernilai triliunan rupiah. Dari ekowisata, budidaya kepiting dan ikan, hingga produk turunan seperti sirup, kopi, kosmetik, dan obat herbal — mangrove menjanjikan pertumbuhan ekonomi hijau yang nyata.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Inilah tambang emas hijau yang kita miliki. Jika dikelola secara berkelanjutan, mangrove bisa menjadi tulang punggung ekonomi hijau nasional,” lanjut Edelweise.
Sayangnya, ekosistem ini tengah menghadapi tekanan berat. Alih fungsi lahan, ekspansi industri, dan pembangunan infrastruktur yang tak ramah lingkungan menjadi ancaman nyata bagi kelestarian mangrove. Kerusakan berarti bukan hanya hilangnya perlindungan alami, tetapi juga runtuhnya peluang ekonomi masa depan.
“Kita sedang di persimpangan jalan: mengeksploitasinya demi keuntungan jangka pendek, atau merawatnya untuk kemakmuran jangka panjang. Pilihan ada di tangan kita,” tegasnya.
Lebih dari sekadar urusan lingkungan, mangrove menyangkut masa depan pesisir, ekonomi rakyat, dan warisan bagi generasi mendatang. Jika Indonesia ingin tampil sebagai pemimpin dalam ekonomi hijau global, melindungi dan mengelola mangrove secara bijak adalah langkah strategis yang tidak bisa ditunda.***
Penulis : Fathur Rachman
Editor : Pratigto