Mendikdasmen: 1 dari 5 Anak SLTA Putus Sekolah, Pemerintah Siapkan Program Intervensi

- Redaksi

Senin, 30 Juni 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti dalam acara peluncuran Gerakan Nasional STEM Indonesia Cerdas di Jakarta, Rabu (28/5). ANTARA/HO-Kemendikdasmen

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti dalam acara peluncuran Gerakan Nasional STEM Indonesia Cerdas di Jakarta, Rabu (28/5). ANTARA/HO-Kemendikdasmen

Jakarta, Mevin.ID – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti mengungkapkan bahwa lebih dari 20 persen anak-anak usia Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Indonesia mengalami putus sekolah.

Ia menekankan bahwa angka tersebut masih tergolong tinggi dan menjadi perhatian serius pemerintah.

“Angka putus sekolah di jenjang SLTA itu masih sangat tinggi. Masih lebih dari 20 persen anak-anak usia sekolah jenjang SLTA yang berhenti sekolah,” ujar Abdul Mu’ti di Jakarta, Senin (30/6).

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurutnya, terdapat sejumlah faktor utama yang menyebabkan anak-anak berhenti sekolah. Pertama adalah persoalan ekonomi keluarga. Namun, ia menambahkan bahwa tidak semua kasus disebabkan oleh kemiskinan.

“Sebagian bukan karena alasan ekonomi, tetapi karena tidak tersedianya sarana dan prasarana pendidikan. Semangat ada, biaya cukup, tapi lembaganya tidak tersedia,” jelasnya.

Selain itu, praktik pernikahan anak juga disebut sebagai penyumbang tingginya angka putus sekolah. Abdul Mu’ti menyebut pernikahan dini masih marak di sejumlah daerah.

Faktor lain adalah paradigma masyarakat yang belum sepenuhnya memprioritaskan pendidikan. Ia mencontohkan fenomena di wilayah Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, di mana banyak remaja memilih bekerja di sektor pertambangan ketimbang melanjutkan pendidikan.

“Mereka bisa dapat penghasilan Rp300 ribu sampai Rp350 ribu per hari tanpa sekolah. Akhirnya banyak yang lebih memilih bekerja,” kata Mendikdasmen.

Untuk menanggulangi persoalan tersebut, pemerintah tengah mendorong program-program afirmatif melalui Gerakan 1.000 Anak Putus Sekolah SMK Berdaya. Program ini dijalankan lewat Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) dan Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW).

Abdul Mu’ti berharap, intervensi ini dapat menurunkan angka anak putus sekolah sekaligus memaksimalkan potensi bonus demografi menuju visi Indonesia Emas 2045.***

Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Pemerintah Siap Ambil Alih Lahan Terlantar Lewat Mekanisme Reforma Agraria
Jokowi Tak Gentar Hadapi Tuduhan Ijazah Palsu: “Saya Tahu Ini Agenda Besar Politik”
Menteri ATR: 48 Persen Lahan Bersertifikat Dikuasai oleh 60 Keluarga
Gubernur Dedi Mulyadi Temukan Warga Miskin Konsumsi Makanan dari Sampah di Sekitar TPA Sarimukti
Putusan MK soal Pemisahan Pemilu Dinilai Lampaui Kewenangan, Dituding Timbulkan Kebuntuan Konstitusi
Fakta Baru Kematian Diplomat Kemenlu Arya Daru, Istri Tiga Kali Minta Kamarnya Dicek
Ayah dan Anak Jadi Tersangka Korupsi Minyak Mentah Pertamina, Kerugian Negara Capai Rp 285 Triliun
Mulai 14 Juli, Jam Masuk SMA/SMK/SLB di Jabar Dimajukan ke 06.30 WIB, MPLS Libatkan TNI-Polri

Berita Terkait

Senin, 14 Juli 2025 - 19:50 WIB

Pemerintah Siap Ambil Alih Lahan Terlantar Lewat Mekanisme Reforma Agraria

Senin, 14 Juli 2025 - 19:26 WIB

Jokowi Tak Gentar Hadapi Tuduhan Ijazah Palsu: “Saya Tahu Ini Agenda Besar Politik”

Senin, 14 Juli 2025 - 09:51 WIB

Menteri ATR: 48 Persen Lahan Bersertifikat Dikuasai oleh 60 Keluarga

Minggu, 13 Juli 2025 - 22:45 WIB

Gubernur Dedi Mulyadi Temukan Warga Miskin Konsumsi Makanan dari Sampah di Sekitar TPA Sarimukti

Minggu, 13 Juli 2025 - 20:41 WIB

Putusan MK soal Pemisahan Pemilu Dinilai Lampaui Kewenangan, Dituding Timbulkan Kebuntuan Konstitusi

Berita Terbaru