Jakarta, Mevin.ID – Meriah boleh, kreatif sah-sah saja, tapi jangan sampai Hari Kemerdekaan jadi panggung gimmick belaka.
Begitulah inti pesan dari Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi alias Pras, menanggapi maraknya pengibaran bendera One Piece jelang peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia.
“Tolonglah ini jangan dimanfaatkan untuk hal-hal yang mengganggu kesakralan. Di usia ke-80 Indonesia Merdeka, apapun kondisinya kita harus bersatu padu,” ujarnya di kompleks parlemen, Senin (4/8).
Kreatif Boleh, Tapi Jangan Geser Pusaka
Pras mengakui bahwa pengibaran bendera bertema budaya pop seperti bendera bajak laut One Piece adalah bagian dari kebebasan berekspresi. Pemerintah, katanya, tidak melarang kreativitas masyarakat.
Namun, yang jadi persoalan adalah jika hal itu menggeser atau bahkan menggantikan peran Bendera Merah Putih, apalagi di momen sakral seperti 17 Agustus.
“Kalau sampai menggantikan pengibaran bendera pusaka, itu baru jadi masalah. Jangan sampai kreatifitas menodai kesakralan,” tegas Pras.
Permintaan Maaf dan Harapan di Usia ke-80
Di sisi lain, Pras juga menyampaikan permintaan maaf mewakili pemerintah, jika kondisi bangsa hari ini belum sepenuhnya sesuai harapan rakyat.
“Kalaupun hari ini ada kondisi bangsa yang belum sesuai harapan, mari kita sama-sama bekerja keras mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa,” lanjutnya.
Bendera Pop vs. Simbol Negara
Fenomena bendera One Piece—dengan logo tengkorak khas bajak laut bertopi jerami—memang ramai terlihat di sejumlah daerah, terutama dipasang oleh komunitas penggemar anime.
Namun sebagian warganet mulai mempertanyakan:
Apakah ini ekspresi kebebasan, atau sudah mulai melupakan simbol kenegaraan?
Merdeka Itu Ruang, Tapi Jangan Lupa Akar
Kreativitas anak bangsa adalah bukti bahwa semangat merdeka masih hidup. Tapi kalau simbol negara digeser demi budaya pop, kita perlu bertanya: apa makna kemerdekaan yang sedang kita rayakan?
Karena Merah Putih bukan sekadar kain—ia adalah pengingat siapa kita, dan bagaimana kita sampai ke sini.***
