Solo, Mevin.ID – Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, mendorong Kementerian Ketenagakerjaan untuk segera membentuk klaster pelatihan khusus bagi calon pekerja migran, guna memaksimalkan penyiapan tenaga kerja yang siap bersaing di luar negeri.
Pernyataan itu ia sampaikan saat mengunjungi Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) Surakarta, Solo, Senin (14/4/2025).
“Kami minta Menaker siapkan klaster khusus. Jangan disamakan dengan pelatihan tenaga kerja untuk dalam negeri, karena kebutuhannya beda,” ujarnya.
Abdul Kadir mencontohkan perbedaan standar keahlian, seperti tenaga las di Jepang dan Korea yang punya spesifikasi berbeda. Karena itu, menurutnya, pelatihan harus disiapkan secara khusus dan optimal agar calon pekerja migran bisa langsung match dengan kebutuhan pasar global.
Ia menegaskan pentingnya kecepatan dalam pembentukan klaster ini, agar Indonesia tidak kehilangan peluang dari lonjakan permintaan tenaga kerja migran.
“Nggak boleh lambat. Kalau permintaan sudah tinggi tapi kita belum siap, kita yang rugi,” katanya.
Menteri P2MI juga menggarisbawahi pentingnya data yang jelas: berapa jumlah tenaga kerja yang disiapkan untuk kebutuhan dalam negeri dan berapa untuk luar negeri. Tak hanya pelatihan, ia menyebut bahwa skema pembiayaan juga harus segera dibahas agar proses penyaluran tenaga kerja lebih efisien.
Menurut catatan P2MI, saat ini ada sekitar 1,7 juta lowongan kerja di luar negeri yang siap diisi oleh pekerja migran Indonesia.
Abdul Kadir berharap program ini bisa dijalankan secara maksimal dengan mengoptimalkan 21 balai pelatihan milik Kementerian Ketenagakerjaan serta 13 satuan pelaksana di seluruh Indonesia.
Dalam kunjungannya, ia juga berdialog langsung dengan para peserta pelatihan. Hasilnya? Banyak dari mereka menyatakan minat tinggi menjadi pekerja migran.
“Tadi saya tanya, banyak yang mau ke Jepang, Korea, bahkan Amerika. Artinya, semangatnya sudah ada. Tinggal kita siapkan sistemnya,” pungkasnya.***




















