Bandung, Mevin.ID – Di tengah derasnya arus informasi yang terus menggulung lewat media sosial, notifikasi ponsel, dan video pendek yang datang silih berganti, PERSIB Bandung memilih jalan yang tidak biasa—atau justru sangat biasa, tapi nyaris terlupa.
Pada Jumat sore, 27 Juni 2025, PERSIB akan memperkenalkan dua pemain baru. Tapi bukan melalui feed Instagram, bukan lewat livestream YouTube, apalagi konten viral TikTok. Persib justru memilih medium yang pernah begitu dekat dengan denyut kehidupan warga Bandung: radio.
Lebih tepatnya, Ardan 105.9 FM — sebuah nama yang tak hanya berarti stasiun radio, tetapi juga teman setia saat berangkat sekolah, penghibur sunyi larut malam, hingga soundtrack diam-diam patah hati di masa muda.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menghidupkan Kembali Magis Suara
Langkah ini bukan tanpa alasan. Menurut Adhi Pratama, Head of Communications PT Persib Bandung Bermartabat, pemilihan radio bukan semata soal strategi komunikasi, tetapi sebuah penghormatan terhadap medium yang telah lama menjadi bagian dari memori kolektif warga Bandung dan Jawa Barat.
“Radio adalah medium yang hidup. Ia berbicara langsung ke telinga, ke hati, dan menciptakan kedekatan yang tak tergantikan,” ujar Adhi. “Kami ingin menyampaikan kabar baik ini lewat suara yang akrab di telinga Bobotoh.”
Acara spesial ini akan tayang pukul 15.00–18.00 WIB, penuh dengan interaksi khas Ardan FM yang jenaka, penuh kejutan, dan tentu saja bernapas muda—seperti jiwa PERSIB itu sendiri.
Bukan Sekadar Transfer Pemain, Tapi Jembatan Emosi
Bagi generasi muda Bandung, Radio Ardan bukan cuma pemutar lagu. Ia adalah memori kolektif, ketika satu lagu bisa mengubah mood, dan satu suara penyiar terasa seperti sahabat yang tahu isi hati. Kini, lewat siaran itu pula, Persib ingin menyampaikan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar nama: kabar yang mengetuk kenangan.
Pengumuman ini menjadi bagian dari narasi besar musim ini. Sebelumnya, Persib sudah memperkenalkan pemain dengan berbagai medium unik—dari videotron, flyer, mobile screen, hingga media cetak. Nama-nama seperti Saddil Ramdani, Hamra Hehanussa, Luciano Guaycochea, William Moreira, hingga Julio Cesar dan Dewangga hadir dengan warna-warna berbeda. Kini, giliran suara yang menjadi kendaraan kabar baik.
“Di era serba digital, pendekatan analog seperti radio justru memberi kehangatan dan otentisitas. Kami ingin Bobotoh merasa bahwa pengumuman ini tidak datang dari layar, tapi dari ruang dengar yang telah lama menjadi bagian dari keseharian mereka,” lanjut Adhi.
Kembali ke Akar, Kembali ke Diri
Persib, lewat langkah ini, tidak sekadar memperkenalkan pemain. Mereka mengajak Bobotoh pulang — pulang ke masa ketika informasi tak melulu tergesa.
Ketika mendengar adalah tindakan yang penuh makna, bukan hanya sekadar lewat. Ketika suara bisa menjadi jembatan emosional antara klub dan pendukung.
Di tengah gegap gempita algoritma, PERSIB memilih frekuensi. Frekuensi yang akrab. Frekuensi yang dulu mungkin menemani masa remaja kita. Frekuensi yang kini kembali bersuara untuk memperkenalkan pemain baru sang Pangeran Biru.
Jadi, nyalakan radionya, hidupkan kembali kenangan masa kecil, dan bersiaplah untuk menyambut dua nama baru yang akan ikut berjuang di lapangan hijau.
Mungkin, di balik lagu lawas dan suara penyiar, akan tumbuh kembali rasa cinta: pada klub ini, pada kota ini, dan pada masa lalu yang selalu punya tempat di hati.***