Obrolan Rakyat Kecil di Tengah Drama Elite Pemprov Jabar

- Redaksi

Jumat, 20 Juni 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

“Sing Rukun Atuh, Kami Butuh Kepastian, Bukan Pertunjukan”

ANGIN sore menyapu pelataran warung kopi di ujung gang sempit kawasan Cimahi Selatan. Tiga pria paruh baya duduk melingkar di kursi plastik yang sudah pudar warnanya. Dadan (41), mantan buruh garmen; Iwan (38), pengemudi ojek daring; dan Soleh (45), mantan pemilik toko kelontong yang kini berjualan gorengan.

Mereka bukan pengamat politik. Tak punya latar belakang organisasi, dan bukan pula buzzer partai. Tapi mereka bicara tentang sesuatu yang sedang ramai—perseteruan terbuka antara Wakil Gubernur Jawa Barat Erwan Setiawan dan Sekretaris Daerah Herman Suryatman.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Eta Sekda jeung Wagub téh ayeuna keur perang sindiran, padahal rakyat mah keur perang jeung perut kosong,” celetuk Dadan sambil mengaduk kopinya.

Ketika Sindiran Elite Tayang di TikTok

Mereka bertiga tak mengikuti politik secara rutin. Nama-nama pejabat pun tak selalu mereka ingat. Tapi kali ini, obrolan politik datang sendiri ke gawai mereka.

Potongan video sindiran Wakil Gubernur kepada Sekda saat sidang paripurna DPRD viral di media sosial. Terunggah di TikTok, Instagram, hingga grup WhatsApp RT.

Eta nu sidang di gedung DPRD, ngomong siga urang keur sindir sampir jiga pos ronda. Saeutik-saeutik disindir di hareupeun umum. Naha teu bisa dikomunikasikeun di jero weh?” kata Dadan, heran.

Dalam video itu, Erwan mengeluhkan ketidakhadiran Sekda Herman dalam berbagai agenda penting, termasuk sidang pertanggungjawaban APBD 2024. “Ka mana wae Sekda?” ucap Erwan lantang.

Tak lama berselang, Sekda Herman membalas lewat unggahan video berbahasa Sunda, menjelaskan bahwa ia tengah bertugas mendampingi Menko PMK meninjau lokasi bencana tanah bergerak di Purwakarta.

Bagi Dadan dan kawan-kawan, ini bukan sekadar “baku sindir”, tapi cermin dari sesuatu yang retak di dalam.

Padahal, rakyat menaruh harapan besar pada duet kepemimpinan baru Jabar yang belum genap berjalan 100 hari.

Kami mah teu ngarti teknis-teknis na, nu penting mah sing rukun. Urang kabéh hayang aya perbaikan. Naha kudu ribut di hareupeun rakyat?” timpal Iwan sambil menyulut rokok.

Ekonomi Lesu, Harapan Terbatas

Soleh hanya mengangguk. Ia lebih pendiam. Sejak tokonya gulung tikar awal tahun ini, ia berjualan gorengan di depan rumah.

Harapannya sederhana: bantuan modal usaha dari program pemerintah provinsi yang katanya “sedang disusun”.

Tapi lamun nu di luhur mah rebutan sorotan, urang mah kalah teu kabagian perhatian,” katanya lirih.

Ia masih menunggu kabar pencairan bantuan yang dijanjikan oleh kelurahan. Tapi sudah berminggu-minggu, belum ada kejelasan. “Masih di provinsi, Pak,” kata staf kelurahan. Tapi provinsinya sendiri sedang sibuk dengan drama internal.

Di tengah ekonomi yang melambat, angka PHK yang meningkat, dan daya beli masyarakat yang terus tergerus, rakyat kecil seperti mereka hanya bisa berharap: jangan sampai perpecahan di level atas menambah keruwetan di bawah.

Sing rukun atuh. Ulah saling nuding. Urang mah butuh kepastian, bukan pertunjukan,” ucap Iwan mantap.

Rakyat Tak Butuh Panggung, Tapi Solusi

Obrolan warung itu berakhir ketika langit mulai gelap. Tak ada keputusan, tak ada kesimpulan. Hanya kejujuran yang dibiarkan menggantung di udara.

Di luar sana, mungkin elite politik sedang menyusun narasi, saling klarifikasi, atau bahkan merancang strategi komunikasi. Tapi di meja reyot itu, tiga warga Jawa Barat hanya ingin satu hal: pemerintah bekerja dengan hati yang satu, bukan suara yang saling bersilang.

Karena bagi mereka, rukun di atas berarti tertatanya hidup di bawah.***

*Dialog Imaginer Warga Jabar

Baca Juga : 

Penulis : Bar Bernad

Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Sendiri, Tapi Tidak Sepi: Meresapi Kesendirian Lewat Kacamata Stoik
Matahari Juga Bersinar untuk Orang Jahat: Pelajaran Tenang dari Seneca
Seneca dan Seni Menghadapi Cobaan: Keteguhan dalam Pandangan Stoik
Dialog Batin — Episode 2: Tuhan yang Jauh Padahal Dekat
Koperasi sebagai Ketidaktahuan yang Disengaja: Meninjau Kegagalan Epistemik Dunia Pendidikan terhadap Demokrasi Ekonomi
Dialog Batin – Episode 1 : “Jalan Pulang Tak Selalu Lewat Masjid”
Beragama di Tengah Ketakutan: Pelajaran dari Dudung dan Kiai Asep
“Cicak di Dinding”: Hikmah Rejeki dari Dinding Masa Kecil Kita

Berita Terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 21:15 WIB

Sendiri, Tapi Tidak Sepi: Meresapi Kesendirian Lewat Kacamata Stoik

Sabtu, 5 Juli 2025 - 20:43 WIB

Matahari Juga Bersinar untuk Orang Jahat: Pelajaran Tenang dari Seneca

Jumat, 4 Juli 2025 - 22:35 WIB

Seneca dan Seni Menghadapi Cobaan: Keteguhan dalam Pandangan Stoik

Kamis, 3 Juli 2025 - 13:22 WIB

Dialog Batin — Episode 2: Tuhan yang Jauh Padahal Dekat

Kamis, 3 Juli 2025 - 09:16 WIB

Koperasi sebagai Ketidaktahuan yang Disengaja: Meninjau Kegagalan Epistemik Dunia Pendidikan terhadap Demokrasi Ekonomi

Berita Terbaru