Pakar Komunikasi Unair: Aplikasi Koin Jagat Bisa Berdampak Mudah Depresi

- Redaksi

Minggu, 19 Januari 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr Andria Saptyasari S Sos MA. Foto: dok.humasunair

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr Andria Saptyasari S Sos MA. Foto: dok.humasunair

Surabaya, Mevin.ID – Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr Andria Saptyasari S Sos MA mengkawatirkan dampak negatif dari permainan mencari harta karun bernama Koin Jagat yang viral di media sosial bagi generasi muda.

“Yang menjadi perhatian di sini adalah kalangan generasi muda ini akan menjadi sangat tergantung (kecanduan) akan kecanggihan teknologi semacam ini untuk menghilangkan frustasi, stres, dan penat mereka,” kata Dosen FISIP itu, di Surabaya, Sabtu (18/01/2025).

Menurut Andria, fenomena ini dapat dianggap sebagai bagian dari budaya populer baru yang kemungkinan besar akan pudar seiring munculnya aplikasi baru yang lebih menarik. Namun, dampaknya terhadap generasi muda perlu diperhatikan.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Andria menambahkan bahwa sebaiknya para creator game menciptakan permainan yang lebih kreatif dan berdampak positif pada kemampuan bersosialisasi generasi muda.

Permainan ini juga dapat mengubah persepsi masyarakat tentang konsep uang dan harta. Perburuan koin jagat menciptakan masyarakat yang cenderung mencari rezeki secara instan. ”Ini yang memunculkan masyarakat instan dalam mencari rejeki. Padahal esensi manusia mencari rezeki harusnya berdasarkan pada how dan why,”imbuhnya.

“Apabila generasi muda ini lebih menyukai hal-hal yang instan seperti ini, maka tidak mustahil apabila nantinya mereka menjadi generasi yang mudah retak, stres, dan mudah depresi menjalani hidup,” tambahnya.

Andria juga menyoroti kekhawatiran terkait ketergantungan pada aplikasi dan potensi eksploitasi data pribadi. Pada dasarnya, aplikasi apa pun selalu meminta data pribadi pengguna yang merupakan bentuk pengambilan data secara tidak langsung.

“Terkadang ini yang akan membuat kita semacam membuat perjanjian pada pihak tertentu, dan kita tidak bisa lepas dari bayang-bayang mereka. Yang membuat kita memberikan pengorbanan tanpa henti (materi, waktu, tenaga) yang membuat pelaku kelelahan, hubungan dengan keluarga (anak, istri, suami) terabaikan,” ujarnya.

Sebagai penutup, Andria mengingatkan bahwa isu-isu etis ini memerlukan perhatian serius mengingat dampaknya pada privasi dan kesejahteraan pengguna. (*)

Penulis : Ardi

Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Penjualan iPhone 16 Lesu, Apple “Bakar Harga” di China Demi Saingi Xiaomi dan Huawei
Kadal Buta Buton: Spesies Baru yang Menyimpan Jejak Evolusi di Perut Tanah Wallacea
Mall Pluit Junction Disulap Jadi EV Indonesia Center, Pusat Kendaraan Listrik Pertama di Jakarta
Telegram Meledak di 2025: Durov Sesumbar WhatsApp Bakal Tersingkir?
Duel Raksasa AI: Saat AS dan China Bertarung Rebut Takhta Teknologi Dunia
Saat Orang Tua Jadi “Phubber”: Dampak Ponsel Terhadap Perkembangan Anak
Catatan Buruk Manipulasi Citra dengan ‘Algorithmic White Branding’ di Medsos
Dunia Digital di Tangan Sendiri: Bagaimana China Membangun Ekosistem Media Superpower

Berita Terkait

Kamis, 15 Mei 2025 - 21:25 WIB

Penjualan iPhone 16 Lesu, Apple “Bakar Harga” di China Demi Saingi Xiaomi dan Huawei

Rabu, 14 Mei 2025 - 15:03 WIB

Kadal Buta Buton: Spesies Baru yang Menyimpan Jejak Evolusi di Perut Tanah Wallacea

Minggu, 11 Mei 2025 - 13:49 WIB

Mall Pluit Junction Disulap Jadi EV Indonesia Center, Pusat Kendaraan Listrik Pertama di Jakarta

Sabtu, 10 Mei 2025 - 23:17 WIB

Telegram Meledak di 2025: Durov Sesumbar WhatsApp Bakal Tersingkir?

Sabtu, 10 Mei 2025 - 23:12 WIB

Duel Raksasa AI: Saat AS dan China Bertarung Rebut Takhta Teknologi Dunia

Berita Terbaru