Payment ID: Kemajuan Digital atau Awal dari Pengawasan Finansial Total?

- Redaksi

Selasa, 29 Juli 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi Payment ID Foto : fahum.umsu.ac.id

Ilustrasi Payment ID Foto : fahum.umsu.ac.id

BANK INDONESIA berencana meluncurkan Payment ID—sebuah identitas digital unik yang terintegrasi dengan seluruh aktivitas transaksi keuangan warga negara Indonesia—pada 17 Agustus 2025.

Sistem ini diklaim sebagai langkah besar menuju efisiensi dan inklusi dalam ekosistem pembayaran nasional. Namun, di balik narasi kemajuan dan modernisasi, Payment ID juga menyimpan potensi bahaya yang patut dicermati secara kritis.

Satu Kode untuk Semua Transaksi

Payment ID akan melekat pada setiap individu, dibuat berbasis NIK, dan digunakan untuk melacak transaksi lintas platform: mulai dari rekening bank, dompet digital, hingga pinjaman online.

Artinya, dalam satu sistem, negara memiliki kemampuan untuk memetakan secara rinci setiap gerak uang masyarakat.

Klaim BI bahwa data hanya akan diakses dengan persetujuan pengguna seolah terdengar menenangkan, namun praktik “persetujuan” dalam dunia digital sering kali hanya bersifat simbolik—sekadar klik “setuju” tanpa pemahaman atau kontrol nyata dari pemilik data.

Dari Inklusi Menuju Intrusi

Argumentasi utama dari Payment ID adalah untuk mendorong inklusi keuangan, memberantas pinjaman ilegal, dan meningkatkan akurasi kebijakan fiskal.

Namun, sistem ini secara implisit membuka jalan pada pengawasan massal berbasis data keuangan yang sangat pribadi.

Tidak ada jaminan sistem ini tak akan digunakan untuk profiling sosial, deteksi aktivitas yang dianggap “berisiko” secara politis, atau bahkan sebagai alat diskriminatif terhadap kelompok tertentu—misalnya masyarakat berpenghasilan rendah yang sering terjerat pinjaman mikro.

Ancaman Nyata terhadap Privasi dan Keamanan

Ketika semua data keuangan warga terpusat dalam satu sistem nasional, risiko pelanggaran privasi meningkat drastis.

Sistem sebesar ini akan menjadi target strategis serangan siber. Jika data bocor atau jatuh ke tangan yang salah, dampaknya bisa sangat luas: penyalahgunaan identitas, pencurian dana, bahkan pemerasan berbasis informasi keuangan.

Tanpa payung hukum yang jelas dan transparan, Payment ID bisa menjadi bumerang yang menggerus kepercayaan publik terhadap institusi negara.

Di Mana Perlindungan Kita?

Hingga kini, belum ada jaminan kuat bahwa sistem ini tunduk sepenuhnya pada prinsip data minimization, user control, dan accountability sebagaimana diatur dalam prinsip global perlindungan data pribadi.

UU PDP Indonesia memang sudah berlaku, namun implementasi teknis dan penegakan hukum masih jauh dari optimal. Payment ID berpotensi mengangkangi batas-batas etika digital jika tidak diawasi secara ketat oleh lembaga independen.

Waspada di Tengah Inovasi

Tidak ada yang menentang kemajuan teknologi, apalagi yang bertujuan mempermudah hidup masyarakat.

Namun, inovasi tidak boleh melangkahi hak-hak dasar warga. Jika tidak disertai dengan perlindungan hukum yang kuat, transparansi sistem yang menyeluruh, dan edukasi publik yang memadai, Payment ID justru bisa menjadi alat represi terselubung di era digital.

Alih-alih memperkuat kepercayaan publik, sistem ini justru bisa memperlemah fondasi kebebasan finansial dan privasi pribadi kita.***

Facebook Comments Box
Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Bullying di Indonesia: Saat Satu Nyawa Mengungkap Luka Nasional yang Lebih Dalam
Longsor Cilacap, Pelajaran Berharga Soal Literasi Kebencanaan
Sandiwara Keadilan: Refleksi Ironi Korup dalam Sistem Kekuasaan
Harga Diri dan Kebebasan dalam Kesendirian: Menyelami Kebijaksanaan Socrates
Ketika Kota Bicara Lewat Gunungan Sampah
COP 30 dan Desa: Antara Komitmen Global dan Realitas di Tapak
Jeritan yang Tak Didengar: Membaca Ulang Tragedi SMAN 72
Gotong Royong Digital: Mahkota Kebaikan dan Ancaman di Baliknya

Berita Terkait

Minggu, 16 November 2025 - 14:39 WIB

Bullying di Indonesia: Saat Satu Nyawa Mengungkap Luka Nasional yang Lebih Dalam

Minggu, 16 November 2025 - 14:13 WIB

Longsor Cilacap, Pelajaran Berharga Soal Literasi Kebencanaan

Minggu, 16 November 2025 - 10:12 WIB

Sandiwara Keadilan: Refleksi Ironi Korup dalam Sistem Kekuasaan

Minggu, 16 November 2025 - 08:58 WIB

Harga Diri dan Kebebasan dalam Kesendirian: Menyelami Kebijaksanaan Socrates

Minggu, 16 November 2025 - 08:49 WIB

Ketika Kota Bicara Lewat Gunungan Sampah

Berita Terbaru