Pelecehan di Balik Lensa: Tiga Siswi SMK Waskito Melawan Diam

- Redaksi

Minggu, 11 Mei 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi Pelecehan Seksual

Ilustrasi Pelecehan Seksual

Tangsel, Mevin.ID — Tiga siswi SMK Waskito, Tangerang Selatan, akhirnya melangkah ke Polres untuk memutus rantai diam. Di tangan mereka, satu laporan polisi telah dilayangkan—sebuah bentuk perlawanan terhadap dugaan pelecehan seksual yang mereka alami di ruang-ruang yang seharusnya aman: sekolah dan lingkungan ekstrakurikuler.

Dua dari korban, berinisial B dan N, menyusul laporan pertama dari korban berinisial C. Ketiganya menunjuk pengacara Abdul Hamim Jauzie sebagai kuasa hukum. Dalam keterangannya Sabtu (10/5), Abdul menyebut, “Hari ini kami mendampingi dua orang korban. Jadi, sudah tiga yang melapor. Harusnya lebih.”

Dugaan pelecehan ini melibatkan seorang siswa laki-laki berinisial S (18), yang merupakan senior sekaligus mentor ekskul sinematografi di sekolah. Di situlah semuanya bermula—di balik proyek film yang dibuat untuk lomba, di mana kamera seharusnya merekam adegan, bukan menundukkan martabat.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Modusnya terjadi saat pembuatan film. Ada adegan di hotel, juga di sekolah. Di momen itu, pelaku diduga melakukan tindakan tak senonoh terhadap korban,” ungkap Abdul.

Sekolah Diduga Abai

Menurut pengakuan keluarga korban, laporan awal sebenarnya sudah disampaikan kepada pihak sekolah. Namun, yang diterima bukan perlindungan, melainkan pembiaran. “Tidak tercatat, bahkan tidak ditindaklanjuti,” ujar Abdul. “Seperti diabaikan.”

Guru BK yang semestinya menjadi tempat aman bercerita, disebut justru mengabaikan laporan. Bahkan ketika orang tua korban ingin bertemu pelaku, sekolah justru menghalangi, dengan dalih yang membingungkan: pelaku disebut membawa “tujuh pengacara”.

“Kami pihak sekolah saja dilawan, apalagi kamu,” begitu kata salah satu pihak sekolah kepada keluarga korban, menurut penuturan Abdul.

Lebih dari Tiga?

Abdul menduga jumlah korban lebih dari tiga. Setidaknya lima nama telah mereka identifikasi. Tapi dua siswi lainnya masih belum dapat dijangkau atau belum siap berbicara. Di usia belia dan lingkungan sekolah yang seharusnya mendidik, trauma membuat suara menjadi mahal.

Yang jelas, bagi tiga siswi yang sudah melapor, ini adalah langkah besar menuju keadilan. Bukan hanya untuk mereka sendiri, tapi juga bagi korban yang belum bisa bersuara.

“Kami ingin ini berlanjut sampai pengadilan. Biar hukum yang memutuskan seadil-adilnya,” tegas Abdul.***

Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Pelecehan di Dayeuhkolot: Tangan Usil di Pintu Angkot dan Trauma yang Direkam
DPRD Kota Bekasi Akhirnya Terima Aspirasi Barisan Muda Bekasi Soal Dugaan Korupsi
Ditinggal Makan di Rest Area, Mobil Disikat Maling: Kerugian Capai Rp100 Juta
Aksi Demo Barisan Muda Bekasi Desak Tangkap Anggota DPRD Terkait Korupsi Alat Olahraga
Citarum Kembali Kumuh, Dipenuhi Sampah dan Eceng Gondok : Di Mana Pemerintah Bandung Barat?
“Diteror Karena Melawan”: Ketua FPHI dan Guru Honorer Bekasi Dapat Tekanan Usai Laporkan Dugaan Pungli
Viral! Proyek SDN Dihentikan Paksa, Oknum Satpol PP yang Merangkap Ketua RW Diduga Jadi Dalang
Mi Instan, Mimpi Nyata: Maman dan Kisah Sukses di Balik Warung Kecil

Berita Terkait

Kamis, 12 Juni 2025 - 14:11 WIB

DPRD Kota Bekasi Akhirnya Terima Aspirasi Barisan Muda Bekasi Soal Dugaan Korupsi

Kamis, 12 Juni 2025 - 13:15 WIB

Ditinggal Makan di Rest Area, Mobil Disikat Maling: Kerugian Capai Rp100 Juta

Kamis, 12 Juni 2025 - 12:53 WIB

Aksi Demo Barisan Muda Bekasi Desak Tangkap Anggota DPRD Terkait Korupsi Alat Olahraga

Rabu, 11 Juni 2025 - 20:58 WIB

Citarum Kembali Kumuh, Dipenuhi Sampah dan Eceng Gondok : Di Mana Pemerintah Bandung Barat?

Rabu, 11 Juni 2025 - 19:57 WIB

“Diteror Karena Melawan”: Ketua FPHI dan Guru Honorer Bekasi Dapat Tekanan Usai Laporkan Dugaan Pungli

Berita Terbaru