Teheran, Mevin.ID – Dalam dunia yang kian panas oleh konflik dan kebencian, seruan Ayatollah Ali Khamenei kembali menggema dengan pesan yang sederhana namun kuat: umat Islam harus bersatu, di atas segala perbedaan.
Dalam sebuah pertemuan yang sarat makna spiritual, pemimpin tertinggi Iran itu mengundang para ulama Sunni dari berbagai penjuru negeri.
Pertemuan ini tak hanya menjadi momen simbolik menjelang Maulid Nabi Muhammad SAW dan Pekan Persatuan Islam, tetapi juga menjadi panggung untuk menyuarakan kembali nilai utama yang lama dikoyak oleh propaganda dan politik identitas: ukhuwah Islamiyah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Identitas umat Islam adalah satu. Tidak ada batas negara yang bisa memisahkan itu,” ujar Khamenei dengan nada yang tegas namun penuh empati.
Luka di Gaza, Panggilan untuk Semua
Dalam pidatonya, Khamenei menyoroti penderitaan rakyat Gaza, yang menurutnya bukan hanya isu Palestina, tetapi luka kolektif umat Islam. Ia mengingatkan bahwa seorang Muslim tak boleh membiarkan saudaranya tertindas tanpa rasa peduli.
“Mereka yang diam terhadap Gaza, akan ditanya kelak oleh Tuhan,” katanya tegas.
Syiah dan Sunni: Jangan Biarkan Mereka Memecah Kita
Khamenei tidak menutupi kenyataan bahwa ada upaya sistematis memecah belah Syiah dan Sunni di berbagai wilayah, termasuk di Iran. Menurutnya, ini dilakukan melalui propaganda, tekanan ekonomi, dan rekayasa sosial untuk membenturkan umat dari dalam.
Namun ia menegaskan, persatuan bukan taktik politik—melainkan perintah suci dari Al-Quran.
“Mereka ingin memaksa kita saling mencurigai. Tapi kita tidak boleh terjebak.”
Ulama Sunni Menyambut Hangat
Yang menarik, suara dari para ulama Sunni yang hadir dalam pertemuan tersebut bukan sekadar hadir, tetapi menyambut penuh apresiasi terhadap sikap Khamenei. Mereka menilai Iran di bawah kepemimpinan Khamenei telah menjaga semangat persatuan, bahkan dalam tekanan dan propaganda.
“Kami melihat keikhlasan dan tekad nyata dari Republik Islam Iran dalam merangkul semua umat,” ujar Mawlavi Abdul-Rahman Chabahari, salah satu ulama dari Provinsi Sistan dan Baluchestan.
Mereka juga menyoroti pentingnya membangun kemajuan wilayah-wilayah mayoritas Sunni, bukan dengan segregasi, tapi dengan kolaborasi nasional.***