Prabowo soal Whoosh: Transportasi Publik, Jangan Hitung Untung-Rugi

- Redaksi

Selasa, 4 November 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Prabowo meminta publik tak melihat layanan transportasi publik seperti Whoosh dari sudut pandang untung-rugi, tapi sisi kebermanfataan bagi masyarakat. (Foto: Tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden)

Prabowo meminta publik tak melihat layanan transportasi publik seperti Whoosh dari sudut pandang untung-rugi, tapi sisi kebermanfataan bagi masyarakat. (Foto: Tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden)

Jakarta, Mevin.ID – Presiden RI Prabowo Subianto meminta masyarakat tidak menilai layanan transportasi publik seperti kereta cepat Whoosh hanya dari sudut pandang untung-rugi. Ia menekankan bahwa tolok ukur utama transportasi publik adalah kemanfaatannya bagi rakyat.

Menurut Prabowo, seluruh dunia mengenal konsep Kewajiban Pelayanan Publik atau Public Service Obligation (PSO), di mana pemerintah memberikan subsidi untuk menjamin aksesibilitas dan keterjangkauan layanan publik.

“Whoosh itu semua public transport, di seluruh dunia jangan dihitung untung-rugi, hitung manfaat tidak untuk rakyat. Ini namanya public service obligation,” kata Prabowo saat meninjau Stasiun Tanah Abang Baru, Jakarta, Selasa (4/11).

Prabowo menjelaskan, pemerintah saat ini menanggung 60 persen biaya operasional seluruh kereta api di Indonesia. Sementara masyarakat hanya membayar 20 persen sisanya.

“Dari mana uang itu? Uang itu dari uang rakyat, dari pajak, dari kekayaan negara. Makanya kita harus mencegah semua kebocoran,” ujarnya menambahkan.

Optimistis Hadapi Polemik Utang Whoosh

Menanggapi polemik utang proyek Whoosh yang menjadi sorotan publik, Prabowo menyatakan siap bertanggung jawab sebagai Presiden RI. Ia mengaku telah mempelajari persoalan tersebut dan yakin pemerintah mampu menyelesaikannya.

“Jangan khawatir. Saya sudah pelajari masalahnya. Indonesia sanggup dan itu wajar semuanya itu,” ujarnya.

Kereta cepat Whoosh dibangun dengan total investasi US$7,2 miliar atau sekitar Rp116,54 triliun (kurs Rp16.186 per dolar AS). Nilai tersebut termasuk pembengkakan biaya sebesar US$1,21 miliar dari anggaran awal yang ditetapkan US$6,05 miliar.

Sebanyak 75 persen pendanaan berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB), sementara 25 persen lainnya merupakan penyertaan modal gabungan BUMN melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebesar 60 persen dan Beijing Yawan HSR Co Ltd sebesar 40 persen.***

Facebook Comments Box
Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Ditjen Pajak Buka Suara soal Dugaan Korupsi 2016–2020, Kejagung Geledah Rumah Mantan Pejabat
Prabowo Resmikan Enam Infrastruktur di Bantul, Minta Siswa Tak Lagi Dikerahkan Saat Kunker
Bareskrim Limpahkan Berkas Kasus Lisa Mariana ke Kejati Jabar, Jalan Panjang Perseteruan dengan Ridwan Kamil Masuki Babak Baru
Istana Respons Putusan MK: Polisi yang Jabat di Luar Struktur Wajib Pensiun atau Mundur
Densus 88: Radikalisasi Anak Meningkat Drastis, Jawa Barat dan Jakarta Jadi Episentrum, Bagaimana Polanya?
Menkum : Polisi Aktif yang Sudah Duduki Jabatan Sipil Tak Wajib Mundur
Janji Prabowo Gunakan Uang Rampasan Koruptor untuk Rakyat: Dari LPDP, Utang Whoosh, hingga Smartboard
Mabes Polri Klarifikasi: Hanya 300 Polisi Aktif Duduki Jabatan Sipil
Tag :

Berita Terkait

Rabu, 19 November 2025 - 14:35 WIB

Ditjen Pajak Buka Suara soal Dugaan Korupsi 2016–2020, Kejagung Geledah Rumah Mantan Pejabat

Rabu, 19 November 2025 - 14:07 WIB

Prabowo Resmikan Enam Infrastruktur di Bantul, Minta Siswa Tak Lagi Dikerahkan Saat Kunker

Rabu, 19 November 2025 - 13:23 WIB

Bareskrim Limpahkan Berkas Kasus Lisa Mariana ke Kejati Jabar, Jalan Panjang Perseteruan dengan Ridwan Kamil Masuki Babak Baru

Rabu, 19 November 2025 - 11:30 WIB

Istana Respons Putusan MK: Polisi yang Jabat di Luar Struktur Wajib Pensiun atau Mundur

Rabu, 19 November 2025 - 08:33 WIB

Densus 88: Radikalisasi Anak Meningkat Drastis, Jawa Barat dan Jakarta Jadi Episentrum, Bagaimana Polanya?

Berita Terbaru