Jakarta, Mevin.ID — Presiden RI Prabowo Subianto menerima sambungan telepon dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Jumat (13/6) dini hari. Kabar tersebut diumumkan langsung oleh Presiden Prabowo melalui akun Instagram pribadinya @prabowo.
“Hari ini saya menerima sambungan telepon dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump,” tulis Prabowo, tanpa menjelaskan lebih lanjut isi pembicaraan mereka.
Unggahan itu disertai satu foto, menunjukkan Prabowo tengah tersenyum lebar saat memegang telepon. Hingga berita ini diturunkan, Juru Bicara Presiden Prasetyo Hadi maupun Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya belum memberikan keterangan tambahan soal isi percakapan tersebut.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Trump–Prabowo: Dari Ucapan Selamat hingga Rencana Kunjungan
Sebelumnya, Trump dan Prabowo terakhir kali berkomunikasi pada November 2024, ketika Prabowo melawat ke AS dan bertemu Presiden saat itu, Joe Biden. Dalam kesempatan tersebut, Prabowo menelepon Trump untuk mengucapkan selamat atas kemenangan Trump dalam pemilu presiden AS. Percakapan mereka saat itu berlangsung selama 2 menit 50 detik.
Trump kala itu menyampaikan pujian terhadap kepemimpinan Prabowo, dan bahkan menyatakan keinginan untuk berkunjung ke Indonesia.
Belum ada kepastian apakah sambungan telepon kali ini merupakan kelanjutan dari rencana pertemuan tersebut, atau terkait dengan ketegangan ekonomi yang sedang berlangsung.
Tarif Impor AS: Isu Berat di Balik Senyum Ramah
Di balik momen yang terlihat hangat itu, hubungan Indonesia–AS tengah diuji oleh kebijakan tarif baru Presiden Trump. Pemerintah AS menetapkan tarif resiprokal sebesar 32% untuk produk Indonesia, ditambah tarif dasar 10% yang berlaku untuk semua negara. Totalnya: 42% bea masuk untuk sebagian produk ekspor Indonesia ke AS.
Sebagai respons, Presiden Prabowo mengirim tim negosiasi ke Washington yang dipimpin oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
Langkah ini menunjukkan bahwa sambungan telepon Trump–Prabowo bukan sekadar basa-basi diplomatik, melainkan bisa menjadi bagian dari manuver lebih besar untuk meredakan tensi dagang antara dua negara.
Hubungan Diplomatik: 76 Tahun dan Banyak PR
Tahun ini, Indonesia dan Amerika Serikat memperingati 76 tahun hubungan diplomatik sejak 1949. Di atas kertas, kerja sama kedua negara meliputi bidang perdagangan, pertahanan, pendidikan, dan kebudayaan. Namun di lapangan, dinamika politik dalam negeri kedua negara seringkali membuat relasi bilateral ini pasang surut.
Apalagi, Trump dikenal sebagai pemimpin yang mendorong politik luar negeri transaksional dan protektionisme ekonomi, sementara Prabowo mencoba menegaskan posisi Indonesia sebagai kekuatan mandiri di tengah pusaran geopolitik global.***