Sukabumi, Mevin.ID — Nasi, lauk, sayur, buah—lengkap. Tapi menurut Badan Gizi Nasional (BGN), menu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) belum benar-benar lengkap kalau belum ada satu hal ini: susu.
“Dari makanan saja, kebutuhan makro seperti protein, karbohidrat, dan lemak memang sudah tercukupi. Tapi angka kecukupan gizi kalsium kita baru 12 persen,” ujar Prof. Epi Taufik, Guru Besar IPB yang juga tim pakar susu BGN.
Susu dan Anak-anak yang Tak Terbiasa Minum
Dalam proyek percontohan MBG di Warungkiara, Sukabumi—yang digelar bahkan sebelum Pemilu 2024—tim BGN menemukan fakta menarik: 60 persen dari 3.000 siswa SD hingga SMA tidak terbiasa minum susu.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun begitu susu mulai dibagikan, respons anak-anak luar biasa. “Ketika susu disediakan dalam dispenser, banyak anak minta nambah sampai tiga kali. Akhirnya kami kembali ke susu kotak agar distribusinya adil,” kata Epi dalam acara BGN Talks Episode 2.
Mengapa Susu Penting?
Menurut Epi, susu bukan sekadar pelengkap. “Susu mengandung kalsium, vitamin D, dan vitamin B kompleks, yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang dan saraf, apalagi bagi anak usia 9 sampai 13 tahun yang sedang mengalami puncak pertumbuhan kedua.”
Ia menegaskan, masa ini adalah periode emas—terutama untuk mencegah stunting dan membantu pertumbuhan tinggi badan. Tanpa kalsium dan vitamin D yang cukup, anak-anak bisa kehilangan potensi tumbuh optimal.
Bagaimana Kalau Ada Anak yang Tak Cocok Minum Susu?
Mungkin ada yang bertanya-tanya soal laktosa intoleransi. Tapi BGN menegaskan, tidak ditemukan kasus signifikan selama program berlangsung.
“Susu yang diberikan hanya 200 ml. Selama kandungan laktosa di bawah 12 gram, itu aman dikonsumsi. Kami belum temukan kasus diare atau keluhan perut,” jelas Epi.
Strategi BGN: Susu Lokal, Bukan Impor
BGN juga menyadari tantangan logistik dan anggaran. Namun dalam wawancara terpisah, lembaga ini menegaskan strategi pemenuhan susu akan memprioritaskan produksi dalam negeri—untuk menghindari ketergantungan impor dan sekaligus mendorong pertumbuhan peternak lokal.***