Bekasi, Mevin.ID — Satu per satu wajah lama muncul di aula Islamic Centre Bekasi. Mereka bukan lagi mahasiswa yang berorasi di jalanan, melainkan akademisi, pengusaha, pejabat publik, dan aktivis sosial yang kini menapaki medan juang baru. Namun semangatnya tetap sama: berjuang untuk rakyat.
Dalam suasana penuh nostalgia itu, sekitar 250 alumni Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara dari 140 kampus di seluruh Indonesia berkumpul dalam Reuni Akbar dan Konsolidasi Nasional bertema “Merawat Persaudaraan, Menguatkan Solidaritas.”
Yang menarik, kegiatan ini mendapat restu langsung dari Presiden ke-7 RI Joko Widodo, yang dikenal lahir dari kultur aktivisme mahasiswa era 80-an. Restu itu menjadi simbol penting — semacam “izin moral” bagi generasi penerus untuk tetap menjaga idealisme di tengah perubahan zaman.
“Pak Jokowi memberi pesan agar semangat kebersamaan dan daya kritis tetap hidup. Itu menjadi energi moral bagi kita semua,” ujar Eko Saputra, S.H., Ketua Panitia Reuni Akbar, di sela acara, Selasa (21/10/25).
Selain Jokowi, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka juga dijadwalkan hadir, menandai kesinambungan antara generasi perintis dan generasi pelanjut di tubuh pemerintahan.
Bagi Eko, reuni ini bukan sekadar ajang nostalgia. “Kami ingin BEM Nusantara menjadi lembaga resmi — akan kami daftarkan ke Kemenkumham. Perjuangan mahasiswa harus terus hidup di masyarakat,” tegasnya.
Ia menambahkan, peran aktivis kini telah bergeser: dari jalanan menuju meja kebijakan.
“Dulu kita bicara dengan spanduk dan toa, sekarang kita bicara lewat konsep dan strategi. Ini bukan akhir dari pergerakan, tapi transformasinya.”
Sementara Ketua Steering Committee, Tommy Suswanto, S.E., M.M., menilai restu Jokowi sebagai tanda bahwa idealisme mahasiswa tidak pernah berjarak dari negara.
“Kita dulu menyuarakan gagasan pembangunan sejak era SBY. Kini, di tahun pertama pemerintahan Prabowo-Gibran, kita kembali ikut mengawal lewat ide dan nalar kritis,” ujarnya.
Tommy menegaskan, forum ini juga akan menghasilkan dokumen pleno nasional — rekomendasi strategis hasil diskusi para alumni untuk diserahkan kepada pemerintah.
Hadir pula perwakilan dari Mabes Polri dan Pemkot Bekasi, memperlihatkan bahwa reuni ini mendapat perhatian lintas institusi.
Lebih dari sekadar reuni, acara ini menjadi penegasan bahwa aktivisme tidak berhenti di masa muda. Ia hanya berubah bentuk: dari perlawanan di jalan menjadi partisipasi dalam kebijakan; dari idealisme di kampus menjadi tanggung jawab di masyarakat.
Restu Jokowi hanyalah simbol — bahwa jalan panjang aktivisme belum usai, hanya berganti wajah. Dan di tangan para alumni BEM Nusantara, semangat itu kini sedang mencari bentuk baru menuju Indonesia Emas 2045.***
Penulis : Fathur Rachman
Editor : Pratigto





















