Jakarta, Mevin.ID — Ekonomi Indonesia memasuki zona kuning. Itulah sinyal yang coba disampaikan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) dalam laporan terbarunya, Trade and Industry Brief Vol VIII No. 2.
Dalam riset tersebut, para peneliti menyebutkan bahwa Indonesia tengah mengalami gejala perlambatan ekonomi. Bukan hanya karena daya beli yang melemah atau kelas menengah yang mulai goyah, tapi juga karena sektor industri—yang seharusnya menjadi motor utama ekonomi—justru melempem sejak awal 2025.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025 menyebutkan dari 216,79 juta penduduk usia kerja, sekitar 153,05 juta orang masuk angkatan kerja. Namun dari jumlah itu, hanya 66,19% yang tergolong sebagai pekerja penuh. Sisanya, lebih dari 49 juta orang tergolong bukan pekerja penuh—sebuah angka yang cukup mencemaskan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ini jadi pertanda adanya deindustrialisasi prematur. Industri pengolahan yang seharusnya menyerap tenaga kerja kini justru stagnan dalam produktivitas dan berkurang kontribusinya terhadap PDB,” tulis tim LPEM UI.
Tak hanya itu, sektor pertanian sebagai tulang punggung ekonomi pedesaan pun menghadapi tantangan klasik: minimnya akses teknologi, logistik yang lemah, dan tekanan dari produk impor.
Pekerja Pendidikan Rendah: Terlupakan dalam Strategi Nasional?
Temuan LPEM UI mengungkap mayoritas angkatan kerja Indonesia adalah lulusan pendidikan menengah ke bawah. Namun kebijakan industri nasional belum sepenuhnya menyasar kelompok ini secara strategis.
“Padahal, mereka justru mendominasi sektor-sektor penting dalam perekonomian nasional,” tulis laporan itu.
Sekitar 75,2% dari total tenaga kerja atau 108,8 juta orang bekerja di lima sektor utama:
- Pertanian, Kehutanan, Perikanan – 40,76 juta
- Perdagangan
- Industri Pengolahan
- Penyediaan Akomodasi dan Makanan/Minuman
- Konstruksi
Kelima sektor ini menyerap 87,5% lulusan SLTP ke bawah dan 73,47% lulusan SLTA. Bahkan lulusan SLTA juga banyak tersebar di sektor transportasi dan pergudangan (6,47%), serta administrasi pemerintahan (4,76%).
Kondisi Pasar Kerja: Tanda-Tanda yang Tak Bisa Diabaikan
Fenomena meningkatnya jumlah pekerja paruh waktu atau informal, termasuk mereka yang terdampak PHK dan beralih menjadi gig workers, jadi cermin lemahnya pasar kerja formal di Indonesia saat ini.
Dalam lanskap ekonomi global yang semakin tak pasti, sinyal-sinyal ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Perlambatan bukan hanya angka di grafik ekonomi—tapi nyata terasa di dapur rumah tangga dan dompet jutaan keluarga Indonesia.***