Islamabad, Mevin.ID – Fajar belum benar-benar merekah ketika ledakan mengguncang enam titik di wilayah Pakistan, termasuk area di Kashmir yang dikuasai negara tersebut.
Sedikitnya delapan warga sipil, termasuk seorang anak, tewas, dan 35 lainnya terluka, sementara dua orang dilaporkan hilang, dalam serangan rudal yang diduga diluncurkan oleh India dari dalam wilayah udaranya sendiri.
Serangan ini segera memicu kecaman keras dari pemerintah Pakistan, yang menyebutnya sebagai bentuk agresi militer terang-terangan dan pelanggaran serius terhadap hukum internasional serta Piagam PBB.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Pakistan akan merespons pada waktu dan tempat yang dipilihnya,”
— Letjen Ahmed Sharif Chaudhry, Direktur ISPR
Masjid, Rumah Sakit, dan Rumah Hancur
Dalam pernyataan videonya, Direktur Jenderal Inter-Services Public Relations (ISPR), Letjen Ahmed Sharif Chaudhry, mengatakan serangan tersebut menghantam empat masjid, merusak sejumlah rumah warga dan satu rumah sakit. Lokasi terdampak tersebar di Bahawalpur, Sialkot, Shakargarh, dan Sheikhupura di Provinsi Punjab, serta Muzaffarabad dan Kotli di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan.
Chaudhry menegaskan bahwa Angkatan Udara Pakistan sedang melakukan patroli udara dan memastikan tidak ada pelanggaran wilayah oleh jet India, meskipun rudal-rudal itu diluncurkan dari sisi India.
Retorika Memanas, Risiko Konflik Meningkat
Serangan ini langsung memantik respons keras dari para petinggi Pakistan. Presiden Asif Ali Zardari dan Perdana Menteri Shehbaz Sharif mengutuk keras serangan tersebut, menyebutnya sebagai “provokasi militer yang tidak beralasan” dan berjanji akan membalas dengan kekuatan penuh.
“Provokasi India akan direspons dengan kekuatan penuh,”
— Presiden Asif Zardari
Tak kalah keras, Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif mengklaim bahwa pasukan Pakistan telah menembak jatuh lima jet tempur dan tiga drone India, dalam upaya membalas serangan dan mempertahankan kedaulatan wilayahnya.
Bayang-Bayang Perang Nuklir di Asia Selatan
Kementerian Luar Negeri Pakistan menyebut tindakan India sebagai “ancaman langsung terhadap stabilitas regional” dan peringatan dini terhadap potensi konflik besar antara dua negara yang sama-sama memiliki senjata nuklir. Mereka menuding India telah menargetkan warga sipil menggunakan senjata jarak jauh (standoff weapons) tanpa pernah melintasi wilayah udara Pakistan.
Pakistan pun menutup wilayah udaranya selama 48 jam, serta memberlakukan keadaan darurat di rumah sakit dan menutup semua institusi pendidikan di wilayah terdampak.
Situasi Sulit di Garis Depan
Serangan ini menambah daftar panjang insiden militer di wilayah perbatasan antara India dan Pakistan, yang selama puluhan tahun menjadi titik nyala konflik — terutama di wilayah Kashmir, yang diklaim oleh kedua negara.
Namun eskalasi terbaru ini menandai perubahan mencolok: rudal yang jatuh di kawasan padat penduduk, korban sipil, dan retorika terbuka tentang hak untuk menyerang balik.
Dengan suhu politik dan militer yang memanas, dunia kini menatap Asia Selatan dengan kekhawatiran yang membuncah.***