Rupiah Melemah Tajam, Dipicu Sentimen Perang Dagang dan Ketegangan Geopolitik

- Redaksi

Senin, 7 April 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi Uang Rupiah

Ilustrasi Uang Rupiah

Jakarta, Mevin.ID — Nilai tukar rupiah dibuka melemah tajam pada perdagangan Senin pagi. Rupiah turun 251 poin atau 1,51 persen menjadi Rp16.904 per dolar AS dari posisi sebelumnya di Rp16.653 per dolar AS.

Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, menjelaskan bahwa pelemahan ini dipicu oleh respons negatif pasar terhadap kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

“Sentimen negatif dari pengumuman kebijakan tarif Trump yang direspons negatif oleh negara-negara yang dikenakan tarif menjadi pemicu utama pelemahan rupiah,” ujarnya seperti dikutip dari Antara di Jakarta.

Menurut Ariston, kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa ekonomi global bisa melambat akibat meningkatnya tensi perang dagang. Hal ini mendorong pelaku pasar keluar dari aset-aset berisiko dan beralih ke aset safe haven seperti dolar AS.

Selain itu, data tenaga kerja nonfarm payrolls AS yang dirilis lebih baik dari ekspektasi turut memperkuat posisi dolar AS terhadap mata uang lainnya, termasuk rupiah.

Tak hanya faktor ekonomi, situasi geopolitik global juga memperburuk sentimen pasar. Ariston menyebut meningkatnya ketegangan di berbagai wilayah konflik seperti Timur Tengah dan Ukraina turut menekan pergerakan aset-aset berisiko.

“Perang di Timur Tengah, di mana Israel meningkatkan serangan ke Gaza dan AS menyerang Yaman, serta perang di Ukraina dengan eskalasi antara Rusia dan Ukraina, turut menambah tekanan,” jelasnya.

Pada perdagangan hari ini, Bank Indonesia belum menggelar operasi moneter rupiah dan valas karena masih dalam masa libur.

Meski demikian, Ariston menyebutkan masih ada peluang perubahan arah pasar tergantung pada perkembangan negosiasi perang dagang AS dengan negara-negara terkait.

“Kita masih menunggu respons pasar terhadap hasil negosiasi. Bisa saja Trump melunak dan hal itu bisa kembali memberikan sentimen positif bagi aset berisiko,” pungkasnya.***

Facebook Comments Box
Follow WhatsApp Channel mevin.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Tarif Impor AS Turun, Petani Indonesia Nikmati Angin Segar Ekspor Kopi dan Kakao
Mulai 2026, Dirjen Pajak Bisa Akses Saldo Rekening Digital dan Uang Elektronik
Indonesia Dorong Aturan Pasar Karbon yang Lebih Adil di COP30
Ekonomi Jabar Tumbuh, Pengangguran Ikut Naik: BI Sebut Ada Anomali
Stok Melimpah, Harga Beras Tetap Naik: Zulhas Beberkan Alasannya
Surat Peringatan Menkeu: Belanja Daerah Seret, Ekonomi Bisa Tersungkur
Redenominasi Rupiah: INDEF Ingatkan Ancaman Inflasi dan Rent Seeker
Pemerintah Siapkan Rp20 Triliun Bangun Peternakan Ayam untuk Pasok Program MBG

Berita Terkait

Selasa, 18 November 2025 - 07:41 WIB

Tarif Impor AS Turun, Petani Indonesia Nikmati Angin Segar Ekspor Kopi dan Kakao

Minggu, 16 November 2025 - 18:26 WIB

Mulai 2026, Dirjen Pajak Bisa Akses Saldo Rekening Digital dan Uang Elektronik

Minggu, 16 November 2025 - 18:15 WIB

Indonesia Dorong Aturan Pasar Karbon yang Lebih Adil di COP30

Selasa, 11 November 2025 - 18:13 WIB

Ekonomi Jabar Tumbuh, Pengangguran Ikut Naik: BI Sebut Ada Anomali

Selasa, 11 November 2025 - 15:04 WIB

Stok Melimpah, Harga Beras Tetap Naik: Zulhas Beberkan Alasannya

Berita Terbaru