Jakarta, Mevin.ID — Pasar keuangan Indonesia dibuka cerah pada Kamis pagi (10/4/2025) menyusul sentimen positif dari keputusan mengejutkan Presiden AS Donald Trump yang menunda implementasi tarif impor terhadap puluhan negara selama 90 hari.
Nilai tukar rupiah menguat 40 poin atau 0,24 persen ke level Rp16.833 per dolar AS, dari posisi sebelumnya Rp16.873. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung meroket 302,62 poin atau 5,07 persen ke level 6.270,61 — salah satu lonjakan harian terbesar tahun ini.
Indeks LQ45, yang berisi saham-saham unggulan, turut terkerek naik 6,69 persen ke posisi 714,15. Para investor merespons positif sinyal meredanya tensi perang dagang, meski ketegangan dengan China masih membara.
“IHSG hari ini berpotensi rebound mengikuti pergerakan bursa AS karena melemahnya tensi perang dagang setelah Presiden Trump menunda pengenaan tarif 90 hari, kecuali untuk China,” kata Fanny Suherman, Head of Retail Research BNI Sekuritas.
Pasar Global Rebound, Teknologi Memimpin
Sentimen optimistis juga tercermin dari reli kuat bursa global sehari sebelumnya. Di Wall Street, indeks S&P 500 melonjak 9,5 persen, Dow Jones naik 7,69 persen, Nasdaq melesat 12,16 persen, dan Russell 2000 naik 8,66 persen. Sektor teknologi memimpin kenaikan dengan lonjakan 14,15 persen, sementara saham Nvidia dan Apple masing-masing naik tajam 18,7 persen dan 15,3 persen.
Bursa Asia pun ikut bergairah. Indeks Nikkei Jepang melesat 2.630 poin (4,46%), indeks Bursa Malaysia naik 4,46%, dan Shanghai Composite menguat 1,49%. Hanya indeks Strait Times Singapura yang terkoreksi 6,01%, di tengah tekanan sektor keuangan.
Tensi Dagang Masih Membara dengan China
Meski Trump menangguhkan tarif untuk sebagian besar negara, China tetap menjadi pengecualian. Gedung Putih menaikkan tarif atas barang-barang asal China menjadi 125%, naik dari sebelumnya 104%. Langkah ini menjadi respons atas kebijakan balasan China yang menetapkan tarif hingga 84% terhadap produk AS.
Pemerintah AS masih memberlakukan tarif 10% atas hampir seluruh impor, menandakan bahwa jeda 90 hari tersebut bersifat selektif. Namun bagi pelaku pasar, keputusan ini tetap dianggap sebagai angin segar setelah volatilitas tajam yang mengguncang pasar keuangan global.
Outlook Jangka Pendek Positif, Tapi Tetap Waspada
Meskipun pasar merespons euforia positif, analis mengingatkan bahwa tantangan ekonomi belum selesai. Ketidakpastian kebijakan AS, inflasi yang tinggi, serta perlambatan investasi dan konsumsi rumah tangga di berbagai negara masih menjadi ancaman bagi pemulihan global yang berkelanjutan.
Namun untuk saat ini, pasar merayakan kelegaan. Dan bagi investor Indonesia, rebound tajam IHSG dan penguatan rupiah menjadi sinyal kuat bahwa sentimen global masih punya pengaruh besar terhadap dinamika lokal.***





















